Oleh :
Misbahudin
*Dunia Metafisik Di Balik Dunia Nyata*
Perkembangan ilmu pengetahuan begitu pesat, sehingga
mampu menyinari relung relung hati yang gelap dengan kebodohan dan menyingkirkan kebekuan akal untuk berfikir
kritis dan maju, ilmu pengetahuan telah
membawa manusia menuju tatanan budaya dan peradaban yang lebih maju. Penelitian ilmu pengetahuan bisa menghantarkan para ilmuan kepada cahaya Islam, karena mereka
merasa menemukan sebuah kebenaran dalam
Islam, dimana kebenaran Islam ini terbukti nyata dalam phenomena alam semesta.
Oleh karena itu, penemuan-penemuan yang
dilakukan oleh para saintifik ternyata banyak yang semakin memperjelas
kebenaran Al-Qur’an. Sebagaimana firman
Allah yang akan menunjukan bukti-bukti kebenaran melalui alam semesta bahkan lewat
diri mereka sendiri
سَنُرِيۡهِمۡ اٰيٰتِنَا فِى الۡاٰفَاقِ وَفِىۡۤ
اَنۡفُسِهِمۡ حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَهُمۡ اَنَّهُ الۡحَـقُّ ؕ اَوَلَمۡ يَكۡفِ
بِرَبِّكَ اَنَّهٗ عَلٰى كُلِّ شَىۡءٍ شَهِيۡدٌ
_Kami akan memperlihatkan kepada mereka
tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri,
sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Tidak cukupkah
(bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?_(QS. Al-Fusilat
: 53)
Tetapi disisi lain, mereka yang menyingkirkan
fitrah keimanan mereka dan menguburnya dalam-dalam, mereka menjadi para penentang Tuhan, mereka anti
dengan agama, karena merasa semua phenomena semesta, mereka dapat menemukan
jawabannya seperti halnya ilmuan modern yang terkenal dengan teori “Big Bang”,
yaitu hawking. Dia Ilmuan yang Ateis menganggap
Tuhan itu hanya sebuah hayalan dan ilusi.
Pembahasan tentang ilmu jiwa atau psikologi
menjadi sebuah titik terang, dimana para ilmuan “murni” mau tidak mau harus
mengatakan bahwa ada sebuah unsur yang tidak terlihat dalam sesuatu yang
terlihat, bagaimana manusia yang mempunyai
sebuah potensi fisik yang sama tetapi ternyata mereka memiliki karakter,
kecerdasan dan keunggulan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Maka tentunya hal tersebut, ada sesuatu yang sangat
mendasar yang membedakan mereka, yaitu “kualiatas ruhiyah” dan “kualitas mentalitas”
mereka. Dalam Islam, konsep jiwa lebih
detail dan lebih dalam. Islam memberikan sebuah gambaran bahwa dalam
diri manusia itu, Allah sudah berikan kecendrungan iman dalam artian sebuah
kecendrungan untuk menjadi pribadi yang
baik, produktif dan segala hal yang bersifat baik dan sebaliknya dalam diri
manusia juga sudah ada kecendrungan untuk berbuat kerusakan, jiwanya dipenuhi
dengan keberukan
فَاَلۡهَمَهَا فُجُوۡرَهَا وَتَقۡوٰٮهَا
“Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan)
kejahatan dan ketakwaannya” (QS. Asy-Syam:8)
Maka tentunya, manusia-manusia pilihan yang
diangkat menjadi Rasul dan Nabi, mereka adalah manusia berjiwa suci, berbudi
pekerti yang agung. Hal itu menjadi seolah menjadi “persiapan” mereka untuk
membuka sebuah ruang komukasi “metafisik” dengan alam yang lebih luhur yaitu alam malakut yang dipenuhi dengan kesucian.
*Jiwa Suci Yang Terpilih Menerima Wahyu*
Sugguh bukanlah hal yang sulit bagi Allah untuk memilih jiwa yang suci dan hati nan murni di antara
hambanya untuk dicurahkan kepadanya
limpahan sinar ilahiyah, wahyu langit dan dapat berhubungan dengan mahluk yang
lebih tinggi yaitu malaikat, agar bisa disampaikan kepadanya risalah ilahiyah yang memenuhi kegersangan jiwa
manusia dan kebutuhan mansuia akan petunjuk kebenaran (taufiq dan hidayah).
mereka adalah para Nabi dan Rasul-Nya yang memilki ketinggiam budi, ketinggian
rasa dan kecerahan jiwa yang utuh.
Syekh mana’il Qathan memberikan sebuah ilustrasi
dalam bukunya ‘ulumul qur’an. Beliau menggambarkan bagaimana proses wahyu turun kepada manusia
pilihannya dengan peristiwa yang dianggap mustahil di zaman ketika manusia belum
mengenal teknologi. Mereka melakukan
komunikasi jarak jauh antara daerah atau bahkan antar negara. Maka ketika
teknologi sudah canggih hal itu menjadi logis, biasa dan dianggap lumrah. Maka turunnya wahyu kepada nabi dan Rasul-Nya,
lebih dianggap logis dan bisa dengan
keterbatasannya sebagai mahluk, bisa melakukan sesuatu yang dulunya dianggap
mustahil. Apalagi Allah yang maha kuasa atas segala sesuatu. maka hanya hati
dan pikitan yang buta yang menolak adanya agama samawi.
*Testimoni Para Saksi Turunnya Wahyu *
Orang-orang yang sezaman Rasul, mereka menyaksikan
wahyu, kemudian menukilnya secara mutawatir sehingga memenuhi syarat-syarat
menjadi ilmu yang meyakinkan “’ilmu
Qathi” dari generasi ke generasi. Dan
manusia pada saat itu sungguh menyaksikan pengaruh wahyu pada budaya dan kultur kehidupan mereka,
kemampuan para pengikutnya yang mempunyai karakteristik yang istimewa dan
mengangumkan sehingga menjadikan mereka pribadi-pribadi yang luhur ketika
mereka benar-benar berpegang teguh dan mengikuti kebenaran wahyu. Dan sebaliknya,
ketika manusia itu ingkar dan mengabaikan kebenaran wahyu, maka akan hancurlah eksistensinya dan menjadi kaum yang hina seperti kaum kafir
quraisy.
Sungguh tidak ada ruang keraguan akan kemungkinan dan logisnya turunya wahyu kepada
manusia pilihan dan urgensi adanya wahyu
untuk menjadi cahaya petunjuk kehidupan
yang hakiki, menyingkap tabir kegelapan jiwa dan pikiran, serta menyirapi kegersangan jiwa dalam usaha
menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Nabi Muhammad adalah manusia terakhir yang
Allah jadikan sebagai penutup para Nabi dan Rasulnya. Para nabi dan Rasul
sebelum nabi Muhammad membawa sebuah visi msis yang sama, yaitu menyeru manusia
kepada ketauhidan. Sehingga Rasulullah mengumpamakan dirinya dengan nabi dan rasul sebelumya seperti
orang yang membangun bangunan yang megah, dan Rasulullah ada bagian finishing
dari keindahan bangunan tersebut.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « إِنَّ مَثَلِى وَمَثَلَ الأَنْبِيَاءِ
مِنْ قَبْلِى كَمَثَلِ رَجُلٍ بَنَى بَيْتًا فَأَحْسَنَهُ وَأَجْمَلَهُ ، إِلاَّ
مَوْضِعَ لَبِنَةٍ مِنْ زَاوِيَةٍ ، فَجَعَلَ النَّاسُ يَطُوفُونَ بِهِ
وَيَعْجَبُونَ لَهُ ، وَيَقُولُونَ هَلاَّ وُضِعَتْ هَذِهِ اللَّبِنَةُ قَالَ
فَأَنَا اللَّبِنَةُ ، وَأَنَا خَاتِمُ النَّبِيِّينَ »
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan aku dengan
Nabi sebelumku ialah seperti seorang lelaki yang membangun sebuah bangunan
kemudian ia memperindah dan mempercantik bangunan tersebut kecuali satu tempat
batu bata di salah satu sudutnya. Orang-orang ketika itu mengitarinya, mereka
kagum dan berkata, “Amboi, jika batu bata ini diletakkan, akulah batu bata itu
dan aku adalah penutup para nabi.” (HR. Bukhari, no. 3535 dan Muslim, no.
2286)
Para Nabi dan Rasul terdahulu memiliki sebuah keistimewaan yang sama, yaitu Allah menurunkan
wahyu kepada mereka sebagai pola
komunikasi yang dibangun antara mahluk bumi dan mahluk langit. Hal ini menjadi
sebuah sarana agar manusia yang tersesat
kembali kepada jalan yang benar dengan petunjuk dan bimbingan wahyu yang dibawa
oleh para nabi dan Rasulnya.
اِنَّاۤ اَوۡحَيۡنَاۤ اِلَيۡكَ كَمَاۤ اَوۡحَيۡنَاۤ اِلٰى
نُوۡحٍ وَّالنَّبِيّٖنَ مِنۡۢ بَعۡدِهٖ ۚ وَاَوۡحَيۡنَاۤ اِلٰٓى اِبۡرٰهِيۡمَ
وَاِسۡمٰعِيۡلَ وَاِسۡحٰقَ وَيَعۡقُوۡبَ وَالۡاَسۡبَاطِ وَعِيۡسٰى وَاَيُّوۡبَ
وَيُوۡنُسَ وَهٰرُوۡنَ وَسُلَيۡمٰنَ ۚ وَاٰتَيۡنَا دَاوٗدَ زَبُوۡرًا. وَرُسُلًا قَدۡ قَصَصۡنٰهُمۡ عَلَيۡكَ
مِنۡ قَبۡلُ وَرُسُلًا لَّمۡ نَقۡصُصۡهُمۡ عَلَيۡكَ ؕ وَكَلَّمَ اللّٰهُ مُوۡسٰى
تَكۡلِيۡمًا
_“Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu
(Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi
setelahnya, dan Kami telah mewahyukan (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak,
Yakub dan anak cucunya; Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami telah
memberikan Kitab Zabur kepada Dawud. Dan ada
beberapa rasul yang telah Kami kisahkan mereka kepadamu sebelumnya dan ada
beberapa rasul (lain) yang tidak Kami kisahkan mereka kepadamu. Dan kepada
Musa, Allah berfirman langsung”_ (QS. An-Nisa : 163-164)
Bagi manusia yang berfikir jernih dan jiwa yang bersih turunya
wahyu kepada Nabi dan rasulnya bukan sesuatu yang aneh, sehingga melahirkan keingkaran dan
kedurhakaan. Karena jiwa yang bersih pasti akan membutuhkan banyak pencerahan
jiwa agar mereka bisa menjalani hidup
sebaik mungkin, tentunya dengan tuntunan sang pemilik kehidupan.
اَكَانَ لِلنَّاسِ عَجَبًا اَنۡ اَوۡحَيۡنَاۤ اِلٰى رَجُلٍ
مِّنۡهُمۡ اَنۡ اَنۡذِرِ النَّاسَ وَبَشِّرِ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنَّ لَهُمۡ
قَدَمَ صِدۡقٍ عِنۡدَ رَبِّهِمۡ ؕ قَالَ الۡكٰفِرُوۡنَ اِنَّ هٰذَا لَسٰحِرٌ مُّبِيۡنٌ
“Pantaskah manusia menjadi heran bahwa Kami
memberi wahyu kepada seorang laki-laki di antara mereka, "Berilah
peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka
mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan." Orang-orang kafir berkata,
"Orang ini (Muhammad) benar-benar pesihir." (QS. Yunus : 2)
Reverensi
1. Mabahis fil ‘ulumul
Qur’an li syaikh mana’il qathan
2. At-Tibyan fi
‘ulumul Qur’an li Syaikh Ali Ash-Shobuni
==============================
*💰Investasi Akhirat* : Pembangunan Kelas Pondok Tahfidz Zaid bin
Tsabit -Bekasi. (Bank Syariah Mandiri (BSM). No Rek. : (451) 7112 5781 23 a.n.
Ade Suhairi. #Konfirmasi Transfer (0813 8622 4142)
🌐 *Blog* : http://bit.ly/literasi-islam
📹 *Youtube* :
http://bit.ly/misbahchannel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar