Kamis, 18 Maret 2021

MEMBONGKAR SYUBHAT PARA PEMBANGKANG (3)

 

MEMBONGKAR SYUBHAT PARA PEMBANGKANG (3)

Oleh : Misbahudin

 

 

 

*Muhammad Berguru Kepada Para Rahim Ahli Kitab*

 

Dalam tulisan  yang lalu digambarkan bahwa ada Sebagian pembangkang kebenaran yang menolak Al-Qur’an sebagai wahyu Allah, mereka mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah produk dari kejeniusan, ketajaman berfikir dan kejernihan jiwa RasuluLLah  yang mampu menghasilkan sebuah maha karya Al-Qur’an yang tidak ada yang bisa menandinginya.

 

 

Selain itu, ternyata ada juga para pembangkang yang menolak kebenaran Al-Qur’an dengan alasan Al-Qur’an itu buatan Muhammad setelah menuntut ilmu dan pengajaran dari guru-gurunya sebelum membuat maha karya Al-Qur’an tersebut.  Hal ini menjadi menarik, karena jika kita tela’ah lebih lanjut di lubang dalam sejarah, maka kita  tidak akan mendapati ada satu pun guru yang telah mengajari Rasulullah Ilmu yang tinggi dan wawasan yang luas kecuali hal itu datang dari wahyu Allah melalui pelantara malaikat Jibril.

 

Para peneliti sejarah Rasulullah tidak menemukan sebuah sinyal dan indikasi petunjuk  yang memberikan sebuah isyarat secara gamblang atau pun secara tersembunyi bahwa Rasulullah berguru kepada para ahli agama sebelum dia diangkat menjadi Nabi dan Rasul.  Hanya ada sebagin kecil cerita saja yang menceritakan bahwa Muhammad pernah bertemu dengan  seorang rahib yang bernama Bahira di pasar bushrah-Syam, itu pun ketika Muhammad yang masih kecil.

 

Pernah juga nabi Muhammad setelah pengangkatannya sebagai Nabiyullah bertemu dengan seorang rahib yang bernama Waraqah Ibnu Naufal di Mekah.  Dan bertemu juga dengan para rahib dari yahudi dan Nasrani. Tetapi semua itu, dapat disimpulkan secara pasti bukanlah moment dimana para rahib itu memberikan sebuah pengajaran ilmu, tetapi hanya sebuah penyataan sikap dari pengetahuan mereka tentang adanya kabar gembira _(bisyarah)_ akan adanya nubuwah kenabian kepada sosok Muhammad.

 

Jikalau memang diantara mereka ada yang pernah memberikan ilmu dan pengetahun kepada Muhammad pasti para pakar sejarah dan para peneliti Orientalis tidak akan tinggal  diam begitu saja, pasti hal ini akan dijadikan sebuah “hot Issue” untuk disebar luaskan dan goreng sedemian rupa, intinya akan menjadi amunisi mereka untuk melakukan desakraliasai Al-Qur’an atau meghilangkan kesakralan Al-Qur’an sebagai firman Allah yang suci.

 

Muhammad Berguru kepada seorang Pandai Besi

 

Para pembangkang kebenaran  yang mengatakan Al-Qur’an adalah produk Muhammad hasil berinteraksi dengan budaya lokal atau hasil kontemplasinya dari ilmu-ilmu yang dapatkannya,  mereka beralasan bahwa Rasulullah benar-benar pernah berguru kepada orang romawi, tetapi ada sebuah kejanggalan besar, asumsi ini terdapat sebuah ruang besar yang menganga, melahirkan  beribu tanda tanya, orang romawi yang mengajari Rasulullah itu adalah sosok pandai besi.

 

Bagaimanapun tidak dapat dicerna oleh akal sehat,  seorang pandai besi memberikan sebuah pengajaran yang luas dan keilmuan yang tinggi kepada Muhmmad, hal ini sangatlah imposible dan tidak dapat diterima oleh akal yang waras,  sebuah hujjah dan argument yang rapuh bak pelepah kurma yang kering, tidak memiliki sebuah kekuatan,  Bagaimana mungkin Al-Qur’an terlahir dan tercipta hasil karya Muhammad setelah berinterkasi dengan  seorang pandai besi yang kesehariannya tidak pernah lepas dari palu, bara api, dan bantalan besi untuk membuat senjata atau barang-barang kebutuhan sehari-hari.

 

وَلَقَدْ نَعْلَمُ اَنَّهُمْ يَقُوْلُوْنَ اِنَّمَا يُعَلِّمُهٗ بَشَرٌۗ لِسَانُ الَّذِيْ يُلْحِدُوْنَ اِلَيْهِ اَعْجَمِيٌّ وَّهٰذَا لِسَانٌ عَرَبِيٌّ مُّبِيْنٌ

 

“Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata, “Sesungguhnya Al-Qur'an itu hanya diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad).” Bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa Muhammad belajar) kepadanya adalah bahasa ‘Ajam, padahal ini (Al-Qur'an) adalah dalam bahasa Arab yang jelas”. (QS. An-Nahl : 103).

 

Orang-orang arab  jahiliyyah kala itu sangat benar-benar berambisi untuk menghancurkan karismatik Rasulullah dan  terus berusaha untuk  mengkerdilkan kemukjizatan yang luar biasa dari Al-Qur’an.  Tetapi sungguh teramat disayangkan  mereka senantiasa  menemukan jalan yang buntu untuk menunaikan ambisinya. Dan kepintaran mereka dalam mebuat sebuah diksi syair yang mempunyai nilai rasa yang tinggi, seolah mereka dibuat tidak berdaya apa-apa  Ketika dihadapkan dengan  tantangan Al-Qur’an untuk membuat yang semisal dengan Al-Qur’an

 

Para pembangkan modern hari ini, sebenarnya mereka mengambil serpihan-serpihan pemikiran  dari para pembangkan jaman jahiliyyah dulu, hanya dibalut dengan penampilan dan baju yang baru agar terlihat seperti ilmiah dan menjadi seperti pemikiran dan gagasan yang memberikan sebuah pencerahan untuk peradaban, padahal sejatinya mereka hanya  menyedot ide-ide pokok dari masa lalu.

 

ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ (22) ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ (23) فَقَالَ إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ يُؤْثَرُ (24) إِنْ هَذَا إِلَّا قَوْلُ الْبَشَرِ (25)

 

“lalu berwajah masam dan cemberut, kemudian berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, lalu dia berkata, "(Al-Qur'an) ini hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu). Ini hanyalah perkataan manusia” (QS. Al-Mudatsir : 22-25)

 

Muhammad Seorang  Yatim  Yang Buta Baca Tulis

 

Muhammad Abduh dalam bukunya Risalah Tauhid  mengatakan bahwa dari sunnah kehidupan atau  hukum Alam, anak yatim yang miskin  dan buta baca tulis, maka jiwanya, pemikiran dan tindakannya akan terwarnai secara total  dengan apa yang  dia dengar dan apa yang dia lihat dari semenjak dia kecil sehingga tumbuh dewasa, karena manusia yang tidak melejitkan dirinya dengan sebuah ilmu dan pembelajaran,  pasti lingkungan yang didekatnya akan benar-benar mempengaruhuinya.

 

Beliau melanjutkan, jikalau sekiranya  Muhammad mempunyai buku keilmuan yang memberikan sebuah pencerahan, guru yang memberikan bimbingan atau para penolong yang membantunya , maka secara sunnatulah Muhammad pasti tumbuh kembang mengikuti pola pikir dan kepercayaan teologis seperti guru dan lingkungan masyarakatnya.

 

Tetapi Rasulullah tumbuh dan berkembang menyelisihi tradisi dan budaya para tokoh Quraisy dan kebiasaan masyarakat  di lingkungan kehidupannya, semenjak kecil, Rasulullah sudah benci kepada ritual penyembahan berhala, hatinya sudah terbimbing dalam kesucian iman dan aqidah, dan sejak dini akhak Rasulullah sudah terbentuk dengan baik sehingga memiki budi pekerti yang luhur.

 

 

Reverensi

1.      Mabahis fil ‘ulumul Qur’an li syaikh mana’il qathan

2.      At-Tibyan fi ‘ulumul Qur’an li Syaikh Ali Ash-Shobuni

3.      Dan lain-lain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar