MEMBONGKAR
SYUBHAT PARA PEMBANGKANG (3)
Oleh :
Misbahudin
*Muhammad Berguru Kepada Para Rahim Ahli
Kitab*
Dalam tulisan
yang lalu digambarkan bahwa ada Sebagian pembangkang kebenaran yang
menolak Al-Qur’an sebagai wahyu Allah, mereka mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah
produk dari kejeniusan, ketajaman berfikir dan kejernihan jiwa RasuluLLah yang mampu menghasilkan sebuah maha karya
Al-Qur’an yang tidak ada yang bisa menandinginya.
Selain itu, ternyata ada juga para
pembangkang yang menolak kebenaran Al-Qur’an dengan alasan Al-Qur’an itu buatan
Muhammad setelah menuntut ilmu dan pengajaran dari guru-gurunya sebelum membuat
maha karya Al-Qur’an tersebut. Hal ini
menjadi menarik, karena jika kita tela’ah lebih lanjut di lubang dalam sejarah,
maka kita tidak akan mendapati ada satu
pun guru yang telah mengajari Rasulullah Ilmu yang tinggi dan wawasan yang luas
kecuali hal itu datang dari wahyu Allah melalui pelantara malaikat Jibril.
Para peneliti sejarah Rasulullah tidak menemukan
sebuah sinyal dan indikasi petunjuk yang
memberikan sebuah isyarat secara gamblang atau pun secara tersembunyi bahwa
Rasulullah berguru kepada para ahli agama sebelum dia diangkat menjadi Nabi dan
Rasul. Hanya ada sebagin kecil cerita saja
yang menceritakan bahwa Muhammad pernah bertemu dengan seorang rahib yang bernama Bahira di pasar
bushrah-Syam, itu pun ketika Muhammad yang masih kecil.
Pernah juga nabi Muhammad setelah
pengangkatannya sebagai Nabiyullah bertemu dengan seorang rahib yang bernama Waraqah
Ibnu Naufal di Mekah. Dan bertemu juga
dengan para rahib dari yahudi dan Nasrani. Tetapi semua itu, dapat disimpulkan
secara pasti bukanlah moment dimana para rahib itu memberikan sebuah pengajaran
ilmu, tetapi hanya sebuah penyataan sikap dari pengetahuan mereka tentang adanya
kabar gembira _(bisyarah)_ akan adanya nubuwah kenabian kepada sosok Muhammad.
Jikalau memang diantara mereka ada yang
pernah memberikan ilmu dan pengetahun kepada Muhammad pasti para pakar sejarah
dan para peneliti Orientalis tidak akan tinggal diam begitu saja, pasti hal ini akan dijadikan
sebuah “hot Issue” untuk disebar luaskan dan goreng sedemian rupa, intinya akan
menjadi amunisi mereka untuk melakukan desakraliasai Al-Qur’an atau meghilangkan
kesakralan Al-Qur’an sebagai firman Allah yang suci.
Muhammad Berguru kepada seorang Pandai Besi
Para pembangkang kebenaran yang mengatakan Al-Qur’an adalah produk
Muhammad hasil berinteraksi dengan budaya lokal atau hasil kontemplasinya dari
ilmu-ilmu yang dapatkannya, mereka
beralasan bahwa Rasulullah benar-benar pernah berguru kepada orang romawi,
tetapi ada sebuah kejanggalan besar, asumsi ini terdapat sebuah ruang besar
yang menganga, melahirkan beribu tanda
tanya, orang romawi yang mengajari Rasulullah itu adalah sosok pandai besi.
Bagaimanapun tidak dapat dicerna oleh akal
sehat, seorang pandai besi memberikan
sebuah pengajaran yang luas dan keilmuan yang tinggi kepada Muhmmad, hal ini
sangatlah imposible dan tidak dapat diterima oleh akal yang waras, sebuah hujjah dan argument yang rapuh bak
pelepah kurma yang kering, tidak memiliki sebuah kekuatan, Bagaimana mungkin Al-Qur’an terlahir dan
tercipta hasil karya Muhammad setelah berinterkasi dengan seorang pandai besi yang kesehariannya tidak
pernah lepas dari palu, bara api, dan bantalan besi untuk membuat senjata atau
barang-barang kebutuhan sehari-hari.
وَلَقَدْ نَعْلَمُ اَنَّهُمْ يَقُوْلُوْنَ اِنَّمَا
يُعَلِّمُهٗ بَشَرٌۗ لِسَانُ الَّذِيْ يُلْحِدُوْنَ اِلَيْهِ اَعْجَمِيٌّ وَّهٰذَا
لِسَانٌ عَرَبِيٌّ مُّبِيْنٌ
“Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa
mereka berkata, “Sesungguhnya Al-Qur'an itu hanya diajarkan oleh seorang
manusia kepadanya (Muhammad).” Bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa
Muhammad belajar) kepadanya adalah bahasa ‘Ajam, padahal ini (Al-Qur'an) adalah
dalam bahasa Arab yang jelas”. (QS. An-Nahl : 103).
Orang-orang arab jahiliyyah kala itu sangat benar-benar berambisi
untuk menghancurkan karismatik Rasulullah dan
terus berusaha untuk
mengkerdilkan kemukjizatan yang luar biasa dari Al-Qur’an. Tetapi sungguh teramat disayangkan mereka senantiasa menemukan jalan yang buntu untuk menunaikan
ambisinya. Dan kepintaran mereka dalam mebuat sebuah diksi syair yang mempunyai
nilai rasa yang tinggi, seolah mereka dibuat tidak berdaya apa-apa Ketika dihadapkan dengan tantangan Al-Qur’an untuk membuat yang semisal
dengan Al-Qur’an
Para pembangkan modern hari ini, sebenarnya
mereka mengambil serpihan-serpihan pemikiran
dari para pembangkan jaman jahiliyyah dulu, hanya dibalut dengan
penampilan dan baju yang baru agar terlihat seperti ilmiah dan menjadi seperti
pemikiran dan gagasan yang memberikan sebuah pencerahan untuk peradaban,
padahal sejatinya mereka hanya menyedot
ide-ide pokok dari masa lalu.
ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ (22) ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ
(23) فَقَالَ إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ يُؤْثَرُ (24) إِنْ هَذَا إِلَّا قَوْلُ
الْبَشَرِ (25)
“lalu berwajah masam dan cemberut, kemudian berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, lalu dia
berkata, "(Al-Qur'an) ini hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang
dahulu). Ini hanyalah perkataan manusia” (QS. Al-Mudatsir : 22-25)
Muhammad Seorang Yatim
Yang Buta Baca Tulis
Muhammad Abduh dalam bukunya Risalah Tauhid mengatakan bahwa dari sunnah kehidupan
atau hukum Alam, anak yatim yang
miskin dan buta baca tulis, maka jiwanya,
pemikiran dan tindakannya akan terwarnai secara total dengan apa yang dia dengar dan apa yang dia lihat dari
semenjak dia kecil sehingga tumbuh dewasa, karena manusia yang tidak melejitkan
dirinya dengan sebuah ilmu dan pembelajaran, pasti lingkungan yang didekatnya akan
benar-benar mempengaruhuinya.
Beliau melanjutkan, jikalau sekiranya Muhammad mempunyai buku keilmuan yang
memberikan sebuah pencerahan, guru yang memberikan bimbingan atau para penolong
yang membantunya , maka secara sunnatulah Muhammad pasti tumbuh kembang
mengikuti pola pikir dan kepercayaan teologis seperti guru dan lingkungan
masyarakatnya.
Tetapi Rasulullah tumbuh dan berkembang
menyelisihi tradisi dan budaya para tokoh Quraisy dan kebiasaan masyarakat di lingkungan kehidupannya, semenjak kecil,
Rasulullah sudah benci kepada ritual penyembahan berhala, hatinya sudah
terbimbing dalam kesucian iman dan aqidah, dan sejak dini akhak Rasulullah
sudah terbentuk dengan baik sehingga memiki budi pekerti yang luhur.
Reverensi
1.
Mabahis fil ‘ulumul Qur’an li syaikh mana’il
qathan
2.
At-Tibyan fi ‘ulumul Qur’an li Syaikh Ali
Ash-Shobuni
3.
Dan lain-lain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar