Selasa, 16 Juli 2019

Berbagai Spesies Manusia Dalam Kepemimpinan



Oleh Misbahudin


Ibnu Taimiyyah  _rahimahuLLah_ mengklasifikasikan  manusia kedalam tiga katagori dalam amanah tanggung jawabnnya sebagai seorang pemimpin,

Pertama, pemimpin yang hatinya dikuasi oleh kecendrungan untuk senantisa diatas dan diagung-agungkan  manusia dan senantiasa berbuat kerusakan di muka bumi,  dia tidak mempertimbangkan akan balasan yang pedih di akhirat kelak, dan dia memiliki mindset yang sesat, yaitu kepemimpinan tidak akan berjalan tanpa  royal memberi kepada masyarakat, walaupun apa yang diberikannya  diambil dari harta yang tidak halal. Maka dia pun menjadi sosok perampok yang bertopeng kedermawanan.

Dalam istilah mereka, tidak mungkin menjadi pemimpin masyarakat tanpa  memakan dan memberi makan, karena jika dia lemah dalam hal itu, yaitu dia tidak bisa memakan dan memberi makan maka para tokoh masyarakat dan orang-orang yang berpengaruh tidak akan respek kepada mereka dan akan memboikot mereka,  beruntung jika para tokoh masyarkat atau oramg yang berpengaruh itu tidak membahayakan  jiwa dan hartanya.

Spesies pemimpin manusia seperti ini, mereka akan menjadi pribadi yang hanya mementingkan kenikmatan dan keuntungan semata, dan mengabaikan kenikmatan dan keuntungan jangka panjang di dunia dan akhirat,  Maka mereka pun mendapatkan balasan yang pedih dari Allah ketika mereka di dunia dan akhirat. Kecuali mereka  bertaubat dari segala pola pikir dan  berbagai tindakan yang melenceng dari jalan kebenaran.

Kedua, golongan pemimpin yang mereka takut kepada Allah _subhanahuwata’ala_,  ajaran agama menjadi rem bagi mereka  untuk tidak melakukan  sesuatu yang mereka anggap sebagai sebuah keburukan, seperti kedzaliman kepada masyarakat dan perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh Allah.

Akan tetapi, disisi lain dia mempunyai keyakinan bahwa roda kepemimpinan tidak akan berjalan tanpa tipu daya kedzaliman yang diharamkan sebagaimana yang dilakukan oleh golongan pertama, sehingga mereka pun sangat anti dengan yang namanya politik.

Terkadang timbul dalam hatinya rasa pengecut, kikir dan akhlak yang sempit, yang bercampur dengan naluri dorongan kebenaran agama,  akibatnya mereka kadang meninggalkan kewajiban, yang mana  meninggalkannya  lebih berbahaya  daripada mereka terjerumus kedalam perbuatan-perbuatan haram, atau terkadang mereka melarang sesuatu yang wajib, yang dimana larangan itu  memalingkan mereka dari jalan Allah.

Dan kadang mereka terjebak kedalam takwil yang keliru, ada juga mereka berkeyakinan bahwa mengingkarinya adalah sebuah kewajiban dan tidak ada cara lain untuk  mencegahnya kecuali dengan peperangan, seperti halnya kaum khawarij yang memerangi saudaranya yang islam.  Mereka menganggap apa  ayang mereka lakukan itu adalah sebuah kebaikan dan kebenaran. Maka perbuatan mereka itu tidak akan memperbaiki  keadaan dunia dan akhirat mereka.

Golongan kedua ini adalah golongan yang mereka dalam kepemipinannya tidak mengambil harta untuk diri mereka sendiri ataupun memberikan harta untuk yang lainnya,  dan mereka tidak mau  memberikan  memberi harta kepada orang-orang yang seharusnya ditundukan hatinya (mualaf qulubuhum)  dari golongan kafir, pembuat onar,  baik dengan harta ataupun dengan hal-hal yang bermanfaat lainnya,  dan mereka berkeyakin hal tersebut merupakan sebuah kedzaliman dan pemberian yang diharamkan.

 Ketiga, adalah golongan  yang pertengahan (washath), mereka adalah pengikut agama Nabi Muhammad shalaLLahu ‘alahi wasalam dan khulafur rasyidin  dalam menyikapi masyarakat yang awam ataupun mereka yang terpandang, dengan senantiasa mensejahterakan rakyatnya dalam bidang ekonomi dan  kebijakan-kebijakan yang mengandung banyak manfaat. Walaupun   kepada para tokoh masyarakat sekalipun  agar mereka bisa membantu dalam menyuksesakan program-program pemerintah terutama hal-hal yang berkaitan dengan agama.

Disisi lain golongan tipe pemimpin ini  mereka senantiasa menjaga  dirinya (iffah)  dari mengambil harta-harta  yang tidak berhak bagi mereka.  Mereka mampu mengkolaborasikan antara ketaqwaan  kepada Allah dan berbuat baik kepada sesame (ihsan).

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.

# Disarikan Dari Kajian Kitab Siasah Syariyyah Ibnu Taimiyyah_  Bareng :
 Syekh  DR. Jeje Zaenudin, M.Ag_(Pengasuh  An-Nahala Research Forum)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar