Mutiara
Hadits ke 4 Hadits Arbain Imam An-Nawawi
(Bagian ke
1)
oleh : Misbahudin
عَنْ أَبِي عَبْدِ
الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا
رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ
أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً،
ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً
مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ،
وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ
وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ
اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ
الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ
الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ
أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ
وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ
أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا. [رواه البخاري ومسلم]
Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud
radiallahuanhu beliau berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan :
Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai
setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah
selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh
hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan
dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya,
ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada
Ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan
ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi
telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka
masuklah dia ke dalam neraka. sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan
perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta
akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli
surga maka masuklah dia ke dalam surga.
Imam An-Nawawi _rahimahuLLah_ memberikan
penjelasan bahwa Makna kalimat _“yujmau Khalquhu fi bathni ummihi”_ mengandung arti dikumpulkan antara air mani
laki-laki dan sel telur perempuan ( disebut Zigot) , maka diciptakan darinya
seorang anak/manusia baru.
Sebagaimana firman Allah ta’ala
خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ
“Allah menciptakan dari air yang memancar”(At-Thariq : 6)
Selanjutnya menurut beliau, “yujmau khalquhu”
bisa diartikan menghimpun proses dari
pembentukan badan seluruhnya. Karena bersatunya
sperma dan sel telur (zigat) merupakan sebuah step pertama kehidupan dalam
proses 40 hari, kemudian dari zighat itu berubah menjadi segumpal darah dalam
kurun waktu yang sama, dan step selanjutnya dari segumpalng darah itu berubah
menjadi segumpal daging dalam kurun waktu yang sama, step yang ketika adalah
mengembangkan dari segumpal daging itu menjadi bagian-bagain badan diawali
dengan pendengaran, mata, penciuman, pengecapan. Dan menciptakan
usus-usus dalam rongga perutnya.
Dan ternyata, apa yang dijelaskan dalam
hadits Rasulullah tentang proses
penciptaan manusia diperkuat oleh penemuan sains modern,
Oleh karena itu, hal ini menjadi sebuah bukti
bahwa kebeneran sabda RasuluLLah benar adanya, sebuah bukti yang terang
benderang seperti terangnya matahari disiang hari, karena menurut logika
sederhana tidak mungkin di jaman RasuluLLah yang teknologinya masih belum maju
bisa menjelaskan secara detail tahapan-tahapan penciptaan manusia dan proses
perkembangan di dalam lahirnya
Allah Berfirman,
هُوَ الَّذِي
يُصَوِّرُكُمْ فِي الْأَرْحَامِ كَيْفَ يَشَاءُ ۚ
لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Dialah
yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Ali-Imran
: 6)
Proses penciptaan manusia dari setetes mani
selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi segumpal darah (‘alaqah) selama empat puluh hari,
kemudian menjadi segumpal daging (mudghah) selama empat puluh hari. Kemudian diutus
kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh.
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا
خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ
مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ ۚ
(Hai manusia, jika kamu dalam keraguan
tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah
menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal
darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna. (QS. Al-Haj : 5)
Ibnu Abbas berkata, “ mukhalaqatun Taamatun”
adalah manusia yang sempurna secara fisisk. Sedangkan “ ghaira mukhalaqatun”
adalah manusia yang tidak sempurna secara fisiknya.
Mujahid berakata, “mukhalaqatun Taamatun”
adalah manusia yang terbentuk dan lahir sedangkan “ ghaira mukhalaqatun” adalah
bakal calon manusia yang tidak berkembang, gugur ditengah proses pertumbuhan.
Ibnu Mas’udin _RadhiyaLLahu ‘anhu_ berkata, “ sesungguhnya nutfah yang menetap di
Rahim, Maka malaikat memegang dengan telapak tangannya seraya berkata, “wahai
Rab, Mukhalaqatun atau ghairul mukhalaqatun?,
maka jika Allah berfirman, Ghairul mukhalaqatin, maka malaikat membuangnya dari Rahim dan berupa
darah dan tidak berkembang menjadi janin,
dan jika Allah berfirman, “mukhalaqatun”, maka malaikat berkata, “ Wa rabb, apakah laki-laki atau perempuan?, bahagiakah
atau menderitakah?. Apa rizkinya? Dan
kapan ajalnya?, dan dimana tempat
menyambut ajalnnya?, dan dikatakankan kepada malaikat, “ pergilah ke ummul
kitab, karena kamu akan mendapati semua itu di dalamnya, maka malaikatpun pergi
dan dia mendapatinya dalam ummul kitab, lalu , mencatatnya, maka catatan takdir itu akan senantiasa
bersamanya sampai akhir episode kehidupannya, maka dikatakanlah, “ kebahagiaan
itu sebelum kelahiran”.
*Kitab takdir yang mendahalui*
Selanjutnya, Imam An-nawawi menjelaskan
kalimat *_”fayasbiqu ‘alahi kitab”_*, yaitu yang sudah diketahui dari sebelum
dilahirkannya manusia, yang dimana kitab takdir/ummul kitab kehidupan manusia
sudah ada tertulis sebelum manusia itu dilahirkan kedunia, atau yang sudah
dicatat oleh di alam rahim ibunya.
Ummul kitab bisa dianalogikan sebuah data
base yang menyimpan semua arsip-arsip takdir semua manusia dari jaman nabi adam
sampai manusia akhir jaman, yang berkaitan dengan rizkinya, ajalnya, amalnya,
kesedihan atau kebahagiaannya
*Antara surga dan Neraka*
Selanjutnya, Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa
Manusia yang beramal dengan amalan ahli surga sehingga antara dia dan surga
sekitar satu hasta, maka kitab takdir
mencatatnya dan menentukannya, sebagai ahli neraka, maka dia beramal dengan
ahli neraka maka dia pun masuk neraka dan begitu juga sebaliknya.
Hal diatas, merupakan sebuah visualisasi atau
pendekatan makna agar mudah terbayang,
yang dimaksud dengan _dziraa_ (hasta) disini adalah sebuah waktu diakhir
kehidupannya, dan hasta disini bukan arti yang sebenarnya atau pembatas jarak.
Kenapa hal ini bisa terjadi?, hal ini adalah
sebuah balasan yang nyata bagi manusia, bahwa siapa saja yang beramal kebaikan,
terlihat shaleh dipandangan manusia, tetapi di dalam hati tersimpan niat yang
tidak lurus, dalam hatin menyimpan maksud dan tujuan selain mencari pahala dari
Allah, seperri karena ingin dipuji manusia, ingin didengar oleh manusia, merasa
bangga dengan keistiqamahannya dalam beribadah kepada Allah. Maka Allah akan
tunjukan diakhir kehidupannya bahwa amal-amalan yang dia lakukan selama
hidupnya tidaklah ikhas, maka diakhir kehidupannya dia melakukan sebuah dosa
kepada Allah, maka dia pun dimasukan kedalam neraka. naudzubiLLah.
Maka,
siapapun itu, baik orang kafir atau muslim yang mengakhiri hidupnya dengan kalimat
agung nan mulia, kalimat tauhid, maka Rasulullah menegaskan, baginya ada
peluang besar masuk surge Allah _subhanahu wataala_
مَنْ
كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الجَنَّةَ
“ Barangsiapa yang akhir perkataannya adalah
‘lailaha illallah’, maka dia akan masuk surga” (HR. Abu Daud. Dikatakan shohih
oleh Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih no. 1621)
Butiran hikmah
1.
Tidak boleh memvonis
seseorang masuk surga atau neraka,
walaupun namfak telah melakukan berbagai amalan kebaikan ataupun telah
melakukan berbagai macam kefasikan.
2.
Jangan puas dengan amal-amalan yang dilakukan,
karena pada hakikatnya kita masuk surga adalah karena rahmat Allah.
3.
Terkagum-kagum dengan amalan-amalan baik
karena kita tidak tahu bagaimana akhir dari sebuah kehidupan.
4.
Seyogyanya manusia senantiasa
berdoa agar diberikan rizqi khusnul khatimah dan meminta perlindungan dari suul
khatimah.
Selanjutnya, Imam An-Nawawi menyantumkan
firman Allah Subhanahu wata’ala
إِنَّ
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجْرَ مَنْ
أَحْسَنَ عَمَلًا
Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal
saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang
mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik. (QS. Al-kahfi : 30)
Dhahir ayat menunjukan bahwa amal shaleh dari seorang yang ikhlas akan diterima, jika
amal shalehnya diterima maka sesuai dengan janji dzat yang maha pemurah dia
aman dari suul khatimah.
1.
Orang yang melakukan amal-amalan
dengan penuh keikhlasan maka Allah akan anugrahkan ending kehidupan yang indah
(husnul khatimah).
2.
Suul khatimah berlaku bagi Orang
yang beramal jelek atau bahkan beramal shaleh tetapi ternodai dengan penyakit
hati yaitu, ria, sum’ah, ujub dan beramal untuk dunia.
#Disarikan dari Kitab syarah hadits Arbain
Imam An-Nawai

Tidak ada komentar:
Posting Komentar