OLeh : Misbahudin
Jika ketaatan seorang hamba memberikan sebuah
pengaruh terhadap meningkatnya kualitas iman, dan begitu juga sebaliknya,
kemaksiatan-kemaksiatan yang dilakukan oleh seseorang akan memberikan sebuah
pengaruh melemahnya Iman. Hal itu sama seperti kekuatan kemepemimpian mempengarui
kualitas diri dan orang-orang yang dipimpinya.
Contoh sederhana, ketika seorang pejabat yang shaleh di suatu wilayah, pasti
dia akan membuat kebijakan-kebijakan
yang menshalehkan masyakatnya dan akan menciptakan atmospir kedamaian dan
kerukunan antar masyarakat yang berbeda
ras, suku dan agama.
Dan sebaliknya, jika seorang pemimpin yang
terpilih adalah pemimpin yang tidak memperhatikan agama, maka pasti tidak akan
melahirkan kebijakan-kebijakan dan atauran-atauran yang tidak Islami, atau
bahkan mungkin akan melahirkan kebijakan-kebijakan yang merugikan umat Islam,
ruang gerak umat Islam dibatasi, masjid-masjid dipantau dan dimata-matai, para
ustadznya akan diseleksei sesuai dengan standar pemerintah.
Bahkan kepempimpinan yang dipimpin yang
pemimpin yang tidak adil,_islam phobia_ akan bertindak lebih dari itu, menolak
segala hal-hal yang berbau keislaman, atau bahkan tokoh-tokoh agama Islam
dikrimnalisasi dan orang-orang yang tidak pro kepemimpinan satu persatu diabsen
untuk dimasukan kedalam jeru besi secara massif.
Berbicara kekuatan kepemimpian, Ibnu
Taimiyyah menyebutkan bahwa kekuatan tersebut terbagi menjadi dua kekuatan,
yaitu kekuatan memimpin diri sendiri _*(self leadership power)*_ dan
kekuatan memimpin dan mengatur orang lain _*( outside leadership power)*_.
Ibnu Taimiyyah mememaparkan bahawa Kekuatan
memimpin diri sendiri dihasilkan dari mengasah kepribadian dengan kelembutan hati dan kesabaran dalam
kegala hal yang mewarnai dinamika kepemimpinanya. Dan kekuatan kepempimpinan atas orang lain
dihasilkan menggapai kekuatan kepemimpinan
yang bisa mempengaruhi orang lain adalah
dengan cara,
*Pertama*, keberanian jiwanya dalam segala
hal untuk memenghadapi segala halangan dan rintangan dari sebuah tugas dan
kewajibannya.
*Kedua* adalah dengan sebuah *skill* ,
tentunya skill disni adalah skill kepemimpinan, skill untuk mengatur strategi
dan taktik bagaimana bisa mencapai
sebuah target yang dituju dan mengkordinasikan semua anggota tim agar tetap
solid satu hati.
*Pengaruh dari Sebuah Kekuatan Kepemimpinan*
Ibnu Taimiyyah _rahimahuLLah_ mengatakan
bahwa keuatan yang pertema, _self leadership power _ akan menghasilkan
pribadi-pribadi yang melakukan sebuah hijrah _”change”_ ke arah yang lebih baik dan meninggalkan
apa-apa yang Allah _subhanahu wata’ala_
Kekuatan ini juga akan membentuk
pribadi-pribadi yang bersungguh-sungguh
_(mujaahid)_ menerpa diri dan jiwa menuju tujuan yang utama dan pertama dalam
kehidupannya, yaitu keridhaan Allah.
Objek yang menjadi sasaran dari kekuatan
kepemimpin diri ini adalah musuh-musuh yang merongrong keimanan dalan hati, yaitu dari bisikan-bisikan setan yang menipu
dan dari hawa nafus yang terus memburu.
Kekuatan kedua, *Outside Leadership Power* ,
sebuah kekuatan dan skill untuk memimpin
orang lain, hal ini akan menghasilkan karakter kepribadian yang siap siaga
berjuang di jalan Allah dengan mengorbakan jiwa dan raganya hanya untuk memburu
pahala dan keridhaan-Nya.
Mereka akan siap berjihad melawan musuh-musuh Allah secara fisik dimana pun dan
kapan pun, siap menolong Agama Allah dan Rasul-Nya. Dan dengan perantara
tangan-tangan mereka lah, agama Islam tegak berdiri dengan kokoh.
*Sinergitas Yang Menghasilakn Kualitas*
Allah menciptakan manusia dengan
kelebihan-kelebihannya dan juga kekurangan-kekurangnya, antara pribadi yang
satu dengan yang lain pasti memiliki kelebihan dan kekurangan yang
berbeda-beda. Maka Rasulullah memberikan sebuah analogi bahwa muslim yang satu
dengan yang lainnya layaknya seperti bangunan yang saling menguatkan.
اَلْمُؤْمِنُ
لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا.
“Seorang Mukmin dengan Mukmin lainnya seperti
satu bangunan yang tersusun rapi, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.” (HR.
Al-Bukhari 481).
Maka suatu rencana tidak akan terealisasikan dengan maksimal jika tidak ditopang dengan kekuatan kepemimpinan yang baik dari penguasa atau pejabat. Oleh karena itu, ulama memberikan nasihat kepada para hakim dan jabatan-jabatan yang lainnya agar mereka memiliki karakter yang kuat tanpa yang bersikap kasar, dan karakter lembut tanpa menjadi lemah ketika berhadapan dengan masalah-masalah yang berkaiatan dengan manusia yang lain.
Bersinerginya antara kekuatan dan kelembutan,
bukan sebuah kekuatan yang keras seperti
tulang atau batu, bukan juga kelemahan atau kelembuatan seperti air.
Barang siapa yang mempunyai kekuatan untuk memimpin dan mengatur orang lain
tetapi tidak memiliki kemampuan untuk memimpin dirinya sendiri maka dia
akan menjadi sosok yang pleksibel ,
supel kepada orang lain dan memiliki keshabaran
terhadap gangguan mereka. Tetapi dia akan mengalami sebuah kesulitan
untuk menguasai dirinya sendiri, sehingga dia menjadi pemimpin yang dhalim, dan
hal ini akan membinasakan dirinya karena mampu
menyuruh dan menggerakan orang lain, tetapi tidak mamu menggerakan diri
sendiri untuk beramal-amal kebaikan.
Sebaliknya, jika seseorang pemimpin mempunyai
kendali kemimpinan diri sendiri untuk
menundukan hawa nafsu tetapi dia tidak mempunyai kemampuan dan kekuatan untuk
mengatur dan memimpin orang lain, maka pasti masyarakat atau orang-orang yang
dipimpinnya akan semakian menjauh dari kebenaran karena tidak
ada yang memberikan “warning” kepada mereka, dan mereka juga bisa jadi
meninggalakn semua kewajiban-kewajiban , dan tidak meninggalkan hal-hal yang
dilarang oleh Allah _subhanahu wata’ala_.
*Para Sahabat Nabi Yang saling Bersinergi*
Terkadang ada dalam sebuah kepemimpinan dalam ranah apapun, ada dua sosok yang
memiliki karakter yang memiliki keunggulan yang berbeda yang menyempurnakan
satu dengan yang lainnya, sehingga
menghasilkan kepemimpinan yang lebih baik dan lebih membawa kemaslahatan.
Begitu juga dalam diri para sahabat
RasuluLLah _shallahu ‘alahi wasalam_, lebih khusus para _khulaful rasyidin_
mereka memiliki keunggulan masing-masing yang saling menguatkan dan saling
melengkapi sehingga menghasilkan kepemimpinan yang sempurna dalam teori politik
Ibnu Taimiyyah.
Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib
_radhiyallahu ‘anhuma_, mereka memiliki keutamaan dan keunggulan antara
kelembutan dan keberanian, antara juhud dalam harta dan juhud dalam
kepemimpian, antara jihad diri jiwa raga dan jihad dengan harta, Maka nampaklah keutamaan dan keunggulan yang
satu dengan yang lainnya yang saling melengkapi. Sebagaimana Abu Bakar dan Umar
bin khattab yang memilki keunggulan masing-masing yang saling melengkapi.
Maka empat sosok sahabat Nabi ini patut untuk
diekplorasi keutamaan dan keunggulannya oleh kaum muslimin, para ulama dan lebih spesifik
adalah oleh para pemimpin umat sehingga tergali lautan inspirasi sehingga
tergerak hati mereka untuk mengikuti mereka dalam keutamaan dan keunggulannya.
Sebagaimana RasuluLLah washiatkan kepada
ummatnya untuk mengikuti _sunnah rasuluLLah_
dan sunnah Khulafau _Arraasyidien_
قَالَ الْعِرْبَاضُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : صَلَّى بِنَا
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ ثُمَّ أَقْبَلَ
عَلَيْنَا فَوَعَظَناَ مَوْعِظَةً بَلِيْغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُوْنُ
وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوْبُ، فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ كَأَنَّ
هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْناَ فَقَالَ: أُوْصِيْكُمْ
بِتَقْوَى اللهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا، فَإِنَّهُ
مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلاَفاً كَثِيْراً، فَعَلَيْكُمْ
بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّيْنَ الرَّاشِدِيْنَ، تَمَسَّكُوْا
بِهَا وَعَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ
اْلأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ.
Berkata al-‘Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu
anhu, “Suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat
bersama kami kemudian beliau menghadap kepada kami dan memberikan nasehat
kepada kami dengan nasehat yang menjadikan air mata berlinang dan membuat hati
takut, maka seseorang berkata: ‘Wahai Rasulullah nasehat ini seakan-akan
nasehat dari orang yang akan berpisah, maka berikanlah kami wasiat.’ Maka
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Aku wasiatkan kepada kalian
supaya tetap bertakwa kepada Allah, tetaplah mendengar dan taat, walaupun yang
memerintah kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Sungguh, orang yang masih
hidup di antara kalian setelahku maka ia akan melihat perselisihan yang banyak,
maka wajib atas kalian berpegang teguh kepada Sunnahku dan Sunnah Khulafaur
Rasyidin yang mendapat petunjuk. Peganglah erat-erat dan gigit-lah dia dengan
gigi geraham kalian. Dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang baru, karena
sesungguhnya setiap perkara yang baru itu adalah bid‘ah. Dan setiap bid‘ah itu
adalah sesat. HR. Ahmad (IV/126-127)
Dari Sufyan, pembantunya Nabi _shalullahu
‘alahi wasalam_, dari Nabi, sesunguhnya ia bersabda, “ kekhilafan setelahku
sekitar 300 tahun kemudian menjadi kerajaan-kerajaan”. (HR. Ahmad)
Kemudian kaum muslimin bersaksi bahwa Umar Bin Abdul Aziz adalah seorang _khalifah
arraasyidah_, dia berkata, “ RasuluLLah _shallahu ‘alahi wasalam_ menetapkan bahwa akan ada pemimpin-pemimpin
yang muslim setelah beberapa tahun yang dimana dia menjadikan kepemimpinannya
untuk menegakan Al_Qur’an, menyempurnakan ketaatan kepada Allah dan untuk
memperkuat agama Allah. Tidak akan bisa seorang pun dapat merubahnya,
menggantinya dan tidak aka nada ide
untuk mengalahkannya dari para penentangnya”.
Barang siapa yang mendapatkan petunjuk
dengannya maka sungguh dia telah diberi petunjuk yang nyata dan barang siapa
yang meminta pertolongan kepadanya, maka sungguh dia akan ditolong. Dan barang
siapa yang menyelisihinya dan mengikuti
selain jalan-jalan kaum muslimin sungguh Allah menolong pemimpin
tersebut dari orang-orang yang berpaling darinya dan tempat mereka adalah
neraka jahanam, dan jahanam merupakan seburuk-buruknya tempat kembali.
Al-Qur’an, sunnah RasuluLLah dan jalan-jalan
orang beriman merupakan sebuah landasan pokok bagi agama Allah, jalan Islam
yang lurus dan tali Islam yang kuat.
Yang menjadikannya agama yang Allah ridhai, dan menjadikan pemeluknya
menjadi umat yang paling mulia, dan menjadi sebaik-baiknya umat, dan diwajibkan
bagi seluruh penduduk bumi untuk masuk
kedalam Islam dengan Ilmu dan amal.
Dimana tidak akan dikeluarkan dari Islam siapa yang memasukinya dan dan tidak
bisa masuk kedalamnya siapa yang keluar
dari Islam.
Kita memohon kepada Allah yang maha agung
agar Allah memberikan hidayah agar bisa mengamalkan islam secara totalitas dan
mengokohkan hati kita untuk berada
diatas islam secara bathin dan dhahir, dan untuk seluruh saudara-saudara kita
yang baik hatinya.
#
Disarikan Dari Kajian Kitab Siasah Syariyyah Ibnu Taimiyyah_ Bareng :
Syekh
DR. Jeje Zaenudin, M.Ag_(Sekjen Ikatan Ulama Asia Tenggra dan waketum PERSIS)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar