Oleh :
Misbahudin
*Nasihat Indah Sang Bapak Kepada
Anak-Anaknya*
Ibnu Taimiyyah _rahimahuLLah_ menceritakan sebuah kisah yang indah, sebuah
kisah yang menginpirasi, sebuah kisah yang senantiasa terngiang-ngiang dalam
setiap putaran jaman. Kisah yang abadi nan menginspirasi.
Diceritakan seorang khalifah bani abbas
meminta seorang ulama untuk menceritakan sebuah kisah yang didapatinya dimasa
lalu, Maka ulama tersebutpun mulai bercerita, aku mengalami masa pemerintahan
Umar bin Abdul aziz.
Pada suatu hari ada seseorang yang bertanya
kepada sang khalifah, “*_sungguh engku khalifah telah membuat miskin anak-anak
dari keturunannmu karena anak-anakmu tidak mendapatkan kekayaan dari
kekuasaan pemerintahmu!, engkau
meninggalkan anak-anakmu dalam keadaan miskin tidak memiliki apapun_*”.
Maka, seiring berjalannya waktu, tibalah tanda-tanda
dari ajal yang semakin mendekat, maka beliaupun mengumpulkan anak-anaknya untuk
berkumpul mengitarinya, jumlah anak-anaknya 10 lelaki yang belum satupun yang
sudah baligh.
Disela-sela nafas yang semakin sesak, beliau
memberikan sebuah nasihat perpisahan untuk anak-anaknya, sembari mencucurkan
air matanya, seraya berakata , *_” wahai anak-anakku!, Demi Allah tidaklah
selama ini aku menahan hak-hak kalian yang harus kalian dapatkan, dan akupun
tidak pernah mengambil uang rakyat untuk memperkaya kalian, camkanlah wahai
anak-anaku!, sungguh kalian tidak akan lepas
menjadi salah satu dari dua kemungkinan jenis manusia, kamu menjadi
manusia yang shaleh dan Allah pasti akan mengurus segala urusan hidup dan
kehidupan kalian atau kalian menjadi manusia yang durhaka kepada Allah, Maka
sungguh aku tidak mau meninggalkan setelah kematian datang menjemputku, sesuatu
hal yang bersifat duniawi yang akan menjadi jembatan untuk kalian bermaksiat
kepada Allah”_*.
Setelah beliau selesai memberikan nasihat
terakhirnya, maka beliapun menyuruh anak-anaknya untuk pergi dan
meninggalkannya. Maka akupun menyaksikan kebenaran dari apa yang wasiatkan
kepada anak-anaknya, bahwa manusia yang shaleh Allah akan mengurus dan
mempermudah segala urusan kehidupannya.
Setelah anak-anaknya tumbuh dewasa, maka aku
menyaksikan salah satu anak Umar Bin Abdul Aziz membawa 100 ekor kuda yang akan
diinfaqan di jalan Allah untuk
memperkuat pasukan muslim ketika berperang. Maka Sungguh Allah tidak akan
membiarkan begitu saja hamba-hamba yang shaleh dari keturunan pemimpin yang
shaleh.
*Daerah Kekuasaan Kholifah Umar Bin Abdul
Aziz*
Umar Bin Abdul Aziz adalah khalifah yang
paling berkuasa, daerah kekuasaan luas membentang meliputi ujung timur negera
turki sampai ke ujung barat daerah Andalusia dan sekitanya, diantaranya
kepulauan Cyprus dan pinggiran-pinggiran syam dan ibu kota-ibu kotanya seperti
tartus, sampai ujung yaman.
Tetapi dengan daerah kekuasaan yang membentang luas itu, Beliau tidak
mewariskan harta untuk anak-anaknya kecuali sedikit saja sekitar 20 dirham.
Maka sejarah pun telah membeberkan akibat
buruk dari amanah kekuasaan yang dihianati, ketika jabatan kekuasaan menjadi
sebuah moment spesial “aji mumpung” untuk mengeruk sebanyak-banyak harta dunia dan
memperkaya keluarga dan karib-karib politiknya.
Ada sebuah khalifah yang yang membagikan
warisan kekayaannya yang begitu besar kala itu, sekitar 600.000 dinar. Tetapi
ternyata setelah sepeninggalnya, anak-anaknya pun hidup dalam kemiskinan, meminta-minta dan
mengemis kepada manusia untuk menyambung hidupnya padahal dulunya dia adalah
keturunan yang ningrat.
Ini adalah sebuah kisah nyata dan hikayat
yang terabadikan setiap bergulirnya zaman, dan senantiasa diperdengarkan dari
generai ke generasi agar menjadi sebuah pelajaran yang berharga bagi
manusia-manusia yang berfikir dengan jernih dengan hati dan akalnya.
Sehingga ketika hendak memangku jabatan dan
menjalankan amanah kekuasaan dia pun akan benar-benar melaksanakan amanah
tersebut dengan sebenar-benarnya untuk mensejahterakan dan membahagiakan masarakat
yang dipimpinya dan menggiring mereka kedalam atmospir kehidupan yang baldatun
thoyyibah.
#
Disarikan Dari Kajian Kitab Siasah Syariyyah Ibnu Taimiyyah_ Bareng :
Syekh
DR. Jeje Zaenudin, M.Ag_(Sekjen Ikatan Ulama Asia Tenggra dan waketum PERSIS)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar