Minggu, 30 Juni 2019

*TUGAS POKOK SEORANG PEMIMPIN*




Oleh :
Misbahudin

Allah mengutus rasul-rasul dan para Nabi dengan membawa kebenaran yang nyata dan menutup pintu kenabian dan kerasulan dengan diutusnya nabi Muhammad yang dibekali dengan cahaya petunjuk kebenaran dan agama yang hak, agar dengannya Allah memenangkan agama Islam diantara agama-agama yang lain.

Untuk memenangkan agama ini, Allah menguatkan dengan kekuasaan yang menolong (sulthana nashira) yang di dalamnya terkandung makna ilmu dan qalam sebagai petujunjuk dan hujjah bagi manusia dan makna dari sebuah kekuasaan dan pedang adalah sebagai penolong dan penguat bagi agama Islam itu sendiri.
Maka salah satu karya terbaik Ibnu Taimiyyah adalah kitab siasah syariyyah yang terkandung di dalamnya  politik berketuhanan ( siasah ilahiyyah) dan politik kepemerintahan  (Iyaalah) berdasarkan ajaran dan keteladanan nabi Muhammad. 

Hal ini mutlaq dibutuhkan untuk seorang pemimpin dan rakyat  yang dipimpin, sebuah qaidah dan prinsip yang harus dipegang erat-erat dengan sekuat tenaga  bagi orang-orang yang Allah  wajibkan menasihatinya dari para pemimpin-pemipin dan para penguasa terpilih.

Sebagaimana Nabi Muhammad shallahu ‘alahi wasalam bersabda yang bersumber dari banyak jalan “ sesungguhnya Allah ridho kepada kalian atas tiga hal :

1.     Menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun.
2.     Bersatu padu Berpegang teguh kepada tali Allah  dan tidak bercerai berai.
3.     Dan saling menasihati kepada siapa yang Allah jadikan pemipimpin untuk urusan-urusan kalian.
(Hadist riwayat Muslim)

Adapun prinsip-prinsip pokok yang mendasar bagi seorang memimpin, tersirat dalam firman Allah subhanahu wata’ala berikut ini


إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا۟ ٱلْأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ ٱلنَّاسِ أَن تَحْكُمُوا۟ بِٱلْعَدْلِ إِنَّ ٱللَّهَ نِعِمَّايَعِظُكُم بِهِۦٓ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ سَمِيعًۢا بَصِيرًا


Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.


  يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُإِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
(QS. An-Nisa 58-59)

Ulama berkata “ ayat pertama diturunkan  berkaitan dengan pemimpin pemerintahan (wulatul amri), maka para pemangku jabatan wajib menunaikan amanah kepada orang-orang yang berhak mendapatkannya. Dan apabila menghukumi rakyat maka hukumlah mereka dengan adil tanpa tebang pilih atau seperti pisau yang dimana tajam kebawah tetapi tumpul keatas.

Ayat kedua berkaitan dengan bawahan yang dipimpin, baik sebagai rakyat biasa ataupun sebagai pasukan kepemerintahan, agar mereka mentaati kebijakan pemerintah (ulil amri) yang menjalan roda  kepemerintahan, baik pada pembagian harta, keputusan-keputusan hukum, pengaturan peperangan dan lain sebagainya.

Ketika seorang pemimpin pemangku jabatan menyuruh kepada kemaksiatan dan kepada kedurhakaan kepada Allah, maka tidak wajib bagi mereka untuk mentaati segala kebijakan dan intruksinya.  Karena tidak ada kewajiban taat kepada mahluk untuk sebuah kedurhakaan kepada sang khalik.

Jika terjadi perdebatan dan silang pendapat tentang suatu hal maka kembalikan kepada Allah dan rasulNya.  Apabila pemimpin tidak melakuakn prinsip-prinsip pokok yang mendasar sebagai seorang pemimpin, maka taatlah dan patuhlah hanya kepada kebijakan-kebijakan yang mengandung nilai ketaatan kepada Allah, karena dengan mentaatinya merupakan sebuah visualisasi dari sebuah ketaatan kepada Allah dan Rasulnya.

Dengan demikian mereka telah menunaikan hak-hak para pemimpin dan penguasa  sesuai dengan perintah-perintah Allah dan  Rasul-Nya.

 وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya (QS. Al-Maidah : 2)

Maka prinsip pokok yang paling mendasar bagi pemimpin atau penguasa adalah menunaikan amanah kepada yang berhak menerimnya dan menegekan hukuman dengan seadil-adilnya. Maka dua hal ini merupakan sebuah prinsip pokok untuk mewujudkan  kekuasaan politik yang berkeadilan dan membentuk kepemimpinan yang ideal.


# Disarikan Dari Kajian Kitab Siasah Syariyyah Ibnu Taimiyyah_  Bareng :

 Syekh  DR. Jeje Zaenudin, M.Ag_(Sekjen Ikatan Ulama Asia Tenggra dan waketum PERSIS)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar