_(ANTARA
1900-2000)_
Materi kelima dalam kegiatan *KADERISASI ULAMA MIUMI (KUM-1)* membahas tema *“Perkembangan dan Peta Pemikiran Islam
Indonesia”* yang disampaikan oleh * DR. Tiar
Anwar Bachtiar. M. Hum*. Dari pemaparan
beliau dapatlah kita ambil point-point inti, yaitu :
*Indonesia awal abad ke-20*
1. Indonesia
abad ke 20 adalah periode imperialisme belanda sekiatra tahun (1800-1942).
2. Muncul gerakan perlawanan baru melawan
Belanda setelah gagal dalam perjuangan militer sepanjang abad ke-19. Gerakan-gerakan itu adalah Gerakan pendidikan, Gerakan ekonomi, Gerakan dakwah dan Gerakan politik.
3. Maka dari
Proses gerakan-gerakan tersebut lahirlah pemimpin-pemimpin baru dengan karakter khas, yaitu Berpendidikan lebih baik dan Memiliki hubungan internasional
*KELOMPOK “ISLAM”*
4. Pada Masa
ini lahirlah sebuah perjuangan tentang keharusan kemerdekaan Indonesia yang
harus berdiri di atas dasar Islam (negara Islam).
5. Umat Islam
pada Masa ini terbelah mengenai masalah-masalah furu’iyyah menyangkut masalah:
madzhab fikih, pendidikan, sikap terhadap kebudayaan Barat, dan sufisme.
6. Pada Masalah
Furuiyyah secara umum dapat
diklasifikasikan menjadi Pada umumnya golongan “tradisionalis” dan golongan
“modernis”.
7. Antara
kelompok tradisional dan kelompok modernis
sering terjadi perdebatan serius
di antara kedua kelompok ini adalah masalah-masalah fikih yang sifatnya
furu‘iyyah.
*PERGERAKAN KEMERDEKAAN*
8. Pada masa
pergerkan kemerdekaan, organisasi pergerakan yang mulai menggeliat dan bergerak terbagi dapat
diklasifikasikan kepada dua golongan, golongan
pergerakan Islam seperti SDI/SI, Muhamaddiyah, Persis, NU.
9. Selain
organisasi pergerakan yang bernafaskan Islam, organisasi pergerakan pergerakan
sekuler ikut menggeliat seperti Perhimpunan Indonesia dan PKI
*GERAKAN ISLAM*
10.
Gerakan Islam pada zaman setelah kemerdekaan,
jika kita amati sejarah, terbagi menjadi dua, gerakan Islam Modern dan gerakan Islam
Tradisionalis.
11.
Gerakan Islam Modern seperti, Sarekat Islam, Muhamaddiyah,
Persatuan islam.
12.
Adapun gerakan Islam Tradisional yaitu seperti
Nahdhatul ‘Ulama, PERTI, Wahdhatul Wathan.
*ERA REVOLUSI DAN ORDE LAMA*
13.
Perhatian semua orang tertuju pada
keberhasilan diproklamasikannya sebuah negara baru.
14.
Perbincangan lebih mengkrital bukan lagi
memperbincangakn tentang “nasionalisme” melainkan mengenai bagaimana
mengkonstruk struktur negara baru ini.
15.
Menggeliatnya kontestasi ideologi yang lebih
semarak antara kelompok nasionalis (liberal), komunis, dan Islam.
16.
Pertarungan ideologis ini secara resmi
diakomodasi dalam perdebatan-perdebatan di konstituante, selain begitu keras
ditemukan dalam perdebatan di media masa.
*PERKEMBANGAN PEMIKIRAN ISLAM*
17.
Perdebatan fikih sudah mulai ditinggalkan.
18.
Masalah-masalah politik lebih menyita
perhatian sehingga wacana yang muncul lebih banyak mengenai masalah politik.
19.
Kedua kelompok, modernis dan tradisionalis,
bersatu mengusung ideologi Islam dan Islam sebagai dasar negara dalam
kontestasi ideologi zaman ini.
20.
Sebagian kecil kelompok Islam tidak setuju
dengan sikap mayoritas gerakan Islam yang ikut dalam sistem “sekuler” melalui
parlemen.
21.
Kelompok ini menyerukan untuk mendirikan
“Negara Islam Indonesia” dengan pelopor Kartosuwiryo.
*EMBRIO BARU GENERASI ISLAM*
22.
Mulai didirikan perguruan tinggi swasta Islam
(UII, UIJ) dan perguruan tinggi agama Islam (IAIN).
23.
Mulai banyak kalangan santri yang masuk ke
perguruan tinggi “sekuler” (umum).
24.
Berdirinya organisasi-organisasi pelajar dan
mahasiswa Islam (PII, HMI, GPII, PMII, IMM).
25.
Mulai bergesernya pengusung wacana Islam dari
organisasi-organisasi Islam ke kampus-kampus agama Islam (IAIN).
*MASA ORDE BARU*
26.
Karakter Politik pada masa orde baru tumbuh
dan menggeliat ke arah Pragmatis, berorientasi pada pembangunan ekonomi, Merangkul
kawan dan Membunuh peran lawan (tidak memberi peluang dan tidang mengakomodasi).
27.
Sikap Terhadap Islam dan Umat Islam
a. Mematikan
peran-peran politik umat Islam (depolitisasi umat Islam), terutama dari
kelompok-kelompok NU dan mantan Masyumi.
b. Merekrut
kelompok-kelompok umat Islam yang dapat mendukung kebijakan-kebijakannya.
c. Alumni-alumni
HMI yang tidak berafiliasi kepada mantan-mantan aktivis Masyumi mendapat tempat
dalam kekuasaan Orba.
d. Mereka
sebagain besar adalah mahasiswa-mahasiswa yang secara pemikiran telah
terpengaruh dengan semangat liberal dan atau hanya berpikir praktis-pragmatis
untuk mendapatkan posisi ekonomi dan politik.
*PETA BARU PEMIKIRAN ISLAM*
28.
Wacana-wacana “tradisionalis-modernis” sudah
semakin tenggelam, kecuali di akar rumput sebagai ekses sosialisasi yang
terlambat.
29.
Embrio generasi baru Islam di kampus-kampus
dan organisasi pelajar, pemuda, dan mahasiswa telah mulai tumbuh menjadi aktor
baru.
30.
Kecenderungan pemikiran pada umumnya
terpolarisasi pada dua domain: “sekular-liberal” (pembaharuan) dan “dakwah”
(fundamentalis).
31.
Kelompok “sekular-liberal” mendapat dukungan
politik signifikan dari Orde Baru, semetara kelompok “dakwah” dipinggirkan
karena digerakkan oleh para politisi eks. Masyumi di bawah komando Natsir.
32.
Orientasi Pemikiran Liberal
a. Dipengaruhi
oleh model pendekatan baru studi Islam a la orientalis.
b. Metorde ini
diperkenalkan di IAIN-IAIN sejak zaman kepemimpinan Mukti Ali dan Harun
Nasution.
c. Berpijak
pada pendekatan “rasional” dan menempatkan Islam sebagai “the other”.
d. Semenjak
Nurcholis Madjid, pemikiran gerakan-gerakan mahasiswa semakin mengarah pada
sekularisasi.
33.
Karakter Pemikiran Liberal
a. Terlalu
bertaqlid pada pemikiran Barat-Sekuler.
b. Memperlihatkan
penyakit inferiority complex yang akut.
c. Abai
terhadap turats, kecuali yang direkomendasikan guru-guru orientalis
mereka.
34.
Orientasi Dan Karakter Pemikiran Kelompok
Dakwah
a. Berpijak
pada pendekatan-pendekatan tekstual (turats) dalam memahami Islam.
b. Islam lebih
dikedepankan secara simbolik.
c. Terdapat
kemajuan pada fase terakhir dengan kontekstualisasi yang lebih kongkrit seperti
isu Ekonomi Islam, Sains Islam, dsb.
d. Menjadi
lawan polemik serius kelompok “liberal”.
e. Eksponennya
lebih banyak dari kalangan mahasiswa dar kampus-kampus “sekular”.
f.
Secara politik berseberangan dengan Suharto
sehingga pemikiran-pemikiran kelompok ini tidak banyak diakomodasi dalam
kebijakan pemerintah.
35. Arah
Baru Pemikiran DDII?
a. Di mana DDII
berada saat ini?
b. Bisakah DDII
kembali mengambil posisi dalam wacana pertarungan pemikiran kekinian, namun
dalam warna yang lebih kreatif?.
c. Semua
kembali pada kesadaran kejuangan kader-kader DDII!
36. Problem
Solving Menuju Tradisi Baru Pemikiran
Islam
a. Mengambil
posisi kreatif mengaktualisasi Al-Quran dan As-Sunnah dalam konteks kekinian
dengan syarat.
b. Benar-benar
menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai “pedoman” bukan sebagai the others
apalagi sekedar legitimator.
c. Menelusuri
(tracing) turats ulama Islam sepanjang zaman sebagai fondasi pemikiran.
d. Menyingkirkan
taqlid kepada Barat sebagai wujud mengatasi penyakit inferiority
complex.
BY. Misbahudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar