Minggu, 10 Januari 2021

JEJAK PERJUANGAN PARA TOKOH MUSLIM MENGAWAL NKRI



Materi ketiga belas dalam kegiatan *KADERISASI ULAMA MIUMI (KUM-1)*, membahas tema  tentang *”JEJAK PERJUANGAN PARA TOKOH MUSLIM MENGAWAL NKRI”* yang disampaikan oleh *Ust. Lukman Hakiem*, dari penjelasnya dalam kita simpulkan point-point penting, yaitu  :

 

1.      Masyarakat muslim gayo, aceh tengah, mereka memiliki kesadaran untuk   menjadi bagian  dari bangsa melalui wacana keislaman mereka. Bukan karena  genetic atau  rasa yang diwariskan dari masyarakat lama _(old society)_ ke Negara baru _(new state)_.

 

 

2.      Sumatera barat, tanapuli selatan, memiliki proses yang sama, karena keislaman merekalah jiwa nasionalisme mereka lahir dan tumbuh bukan karena  ikatan rasa geografis atau leluhur.

 

 

3.      Dalam pertempuran 10 November 1945, Taufiq menyakini bahwa pulau jawa memiliki rasa kebangsaan  karena keislaman mereka, bukan karena warisan rasa yang diwariskan dari masyarakat dulu _(old society)_.

 

 

4.      Islam masuk ke Indonesia awalnya bersifat lokal, setelah itu barulah mengurita dan menjalar ke wilayah-wilayah sekitarnya.

 

 

5.      Proses islamisasi Indonesia melahirkan warna-warni Islam karena berakulturasi dengan  budaya lokal setempat,  maka lahirlah istilah, Islam Aceh,  Islam Mingkabau, Islam jawa, Islam pantai utara Jawa. Islam Mataram, Islam bugis dan lain sebagainya.

 

 

6.      Jikalah dipandang hanya dalam perfektif budaya lokal, maka tidak mengapa,  hal itu terjadi, Karena sebagaimana kaidah ushul fiqih mengatakan _“ al  adatu muhakamah “_,  adat istiadat bisa menjadi sebuah hukum, tentu jika tidak menyelisihi ajaran-ajaran Islam yang pokok.

 

7.      Dari perkembangan Islam, lahir dua komunitas Islam, yaitu Islam _empiris_ yang bersifat lokal dan islam _doctrinal_ yang besifat abstrak. Komunitas Islam empiris lokal dipenuhi dengan  mitos dan legenda, dan Islam doktrin  dipenuhi kisah-kisah  dari Al-Qur’an, sejarah para nabi,  dan sebagainya.

 

 

8.      Indonesia lahir dari kesatuan antara muslim lokal yang menyerap jaringan-jaringan  yang dipunyai oleh komunitas islam doktrin.

 

ü  Pertama jaringan  penyebaran agama.

 

ü  Kedua, jaringan guru-murid yang terbentang antara haramain (makkah dan madinah) hingga kepulauan Nusantra, dan

 

ü  Ketiga adalah jaringan teks atau naskah-naskah  yang ditulis oleh  para ulama terdahulu yang disalin terus menerus hingga sekarang, maka ketiga hal tersebutlah yang menjadi katar belakang  lahirnya Indonesia.

 

9.      Ingatan sosial masyarakat _(social memory)_ bisa menjadi bukti adanya sebuah jaringan penyebaran Islam dan jaringan guru murid dalam penyebaran Islam, seperti ketika orang Makasar  ditanya, siapa yang mengislamkan mereka?,  mereka menjawab, kami diislamkan oleh datuk Minangkabau. Dan  demikian juga jika hal ini ditanyakan kepada wilayah-wilayah yang lain, maka akan tergambarlah sebuah jaringan islamisasi di wilayan Indonesia saat itu.

 

 

10.  Kemusliman adalah sebuah kesadaran kebangsaan. Jika diamati dalam lembaran sejarah, maka kontribusi besar ulama dan santri dalam memperjungankan kemerdekaan Indonesia begitu sangat besar. Umat Islam memiliki asset besar untuk Negara ini.

 

11.  Para penjajah sadar betul, bahwa  kekuatan besar bangsa Indonesia terletak  pada jiwa religiusnya, dalam hal ini, tentu jiwa keislaman yang mengakar kuat di dalam hati para pejuang,  lihat bung tomo ketika ingin menggerakan semangat pejuang, maka kalimat takbir yang dipakai untuk mengaungkan kekuatan kebenaranian dan membakar semangat juang rakyat Indonesia.

 

 

12.  Jati diri bangsa Indonesia adalah  adalah religiusitasnya, perdebatan tentang bagaimana asas Negara Indonesia, tidak terlepas dari nilai-nilai Islam yang diperjuangkan.

 

13.  Puncak kritalisasi jati diri bangsa  terjadi pada 22 juli 1959 ketika DPR  menyetujui  secara aklamasi dektrit presiden 5 Juli 1959. Di dalam kondsiderannya dinyatakan, _“ bahwa kami  berkeyakinan bahwa piagam Jakarta  tertanggal 22 Juni 1945 menjiwai undang-undang Dasar 1945 dan adalah merupakan  suatu rangkain  kesatuan dengan kontitusi tersebut.”_

 

 

14.   Dalam buku, kumpulan tulisan mengenai 17 Tokoh, disana jelas bahwa umat Islam tidak pernah absen dari sebuah perjuangan kemerdekaan.

 

15.   Banyak dari kalangan dalam dan luar yang menghendaki melakukan ikhitar untuk menghapuskan dalam lembaran sejarah jasa-jasa umat Islam.  Kontribusi ulama dan santri. Tentu hal ini tidak dapat dipungkiri.

 

 

16.  Jiwa nasionalisme umat Islam jangan dipertanyakan, menurut  ungkapan DR. Douwes Dekker, sebagaimana dikutip oleh KH. A. Wahid Hasyim. _“ dalam banyak hal,  Islam merupakan  nasionalisme di Indonesia dan jika seandainya tidak ada  factor Islam disini, sudah lama nasionalisme yang sebenar-benarnya hilang dan lenyap”_.

 

By : Misbahudin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar