Materi ketiga belas dalam kegiatan *KADERISASI ULAMA MIUMI (KUM-1)*, membahas tema tentang *”JEJAK PERJUANGAN PARA TOKOH MUSLIM MENGAWAL NKRI”* yang disampaikan oleh *Ust. Lukman Hakiem*, dari penjelasnya dalam kita simpulkan point-point penting, yaitu :
1. Masyarakat
muslim gayo, aceh tengah, mereka memiliki kesadaran untuk menjadi bagian dari bangsa melalui wacana keislaman mereka.
Bukan karena genetic atau rasa yang diwariskan dari masyarakat lama _(old
society)_ ke Negara baru _(new state)_.
2. Sumatera
barat, tanapuli selatan, memiliki proses yang sama, karena keislaman merekalah
jiwa nasionalisme mereka lahir dan tumbuh bukan karena ikatan rasa geografis atau leluhur.
3. Dalam
pertempuran 10 November 1945, Taufiq menyakini bahwa pulau jawa memiliki rasa
kebangsaan karena keislaman mereka,
bukan karena warisan rasa yang diwariskan dari masyarakat dulu _(old
society)_.
4. Islam masuk
ke Indonesia awalnya bersifat lokal, setelah itu barulah mengurita dan menjalar
ke wilayah-wilayah sekitarnya.
5. Proses
islamisasi Indonesia melahirkan warna-warni Islam karena berakulturasi
dengan budaya lokal setempat, maka lahirlah istilah, Islam Aceh, Islam Mingkabau, Islam jawa, Islam pantai
utara Jawa. Islam Mataram, Islam bugis dan lain sebagainya.
6. Jikalah
dipandang hanya dalam perfektif budaya lokal, maka tidak mengapa, hal itu terjadi, Karena sebagaimana kaidah
ushul fiqih mengatakan _“ al adatu
muhakamah “_, adat istiadat bisa
menjadi sebuah hukum, tentu jika tidak menyelisihi ajaran-ajaran Islam yang
pokok.
7. Dari
perkembangan Islam, lahir dua komunitas Islam, yaitu Islam _empiris_
yang bersifat lokal dan islam _doctrinal_ yang besifat abstrak.
Komunitas Islam empiris lokal dipenuhi dengan
mitos dan legenda, dan Islam doktrin
dipenuhi kisah-kisah dari
Al-Qur’an, sejarah para nabi, dan
sebagainya.
8. Indonesia
lahir dari kesatuan antara muslim lokal yang menyerap jaringan-jaringan yang dipunyai oleh komunitas islam doktrin.
ü Pertama
jaringan penyebaran agama.
ü Kedua,
jaringan guru-murid yang terbentang antara haramain (makkah dan madinah) hingga
kepulauan Nusantra, dan
ü Ketiga
adalah jaringan teks atau naskah-naskah
yang ditulis oleh para ulama
terdahulu yang disalin terus menerus hingga sekarang, maka ketiga hal
tersebutlah yang menjadi katar belakang
lahirnya Indonesia.
9. Ingatan sosial
masyarakat _(social memory)_ bisa menjadi bukti adanya sebuah jaringan
penyebaran Islam dan jaringan guru murid dalam penyebaran Islam, seperti ketika
orang Makasar ditanya, siapa yang
mengislamkan mereka?, mereka menjawab,
kami diislamkan oleh datuk Minangkabau. Dan
demikian juga jika hal ini ditanyakan kepada wilayah-wilayah yang lain,
maka akan tergambarlah sebuah jaringan islamisasi di wilayan Indonesia saat
itu.
10. Kemusliman
adalah sebuah kesadaran kebangsaan. Jika diamati dalam lembaran sejarah, maka
kontribusi besar ulama dan santri dalam memperjungankan kemerdekaan Indonesia
begitu sangat besar. Umat Islam memiliki asset besar untuk Negara ini.
11. Para
penjajah sadar betul, bahwa kekuatan
besar bangsa Indonesia terletak pada
jiwa religiusnya, dalam hal ini, tentu jiwa keislaman yang mengakar kuat di
dalam hati para pejuang, lihat bung tomo
ketika ingin menggerakan semangat pejuang, maka kalimat takbir yang dipakai
untuk mengaungkan kekuatan kebenaranian dan membakar semangat juang rakyat
Indonesia.
12. Jati diri
bangsa Indonesia adalah adalah
religiusitasnya, perdebatan tentang bagaimana asas Negara Indonesia, tidak
terlepas dari nilai-nilai Islam yang diperjuangkan.
13. Puncak
kritalisasi jati diri bangsa terjadi
pada 22 juli 1959 ketika DPR
menyetujui secara aklamasi dektrit
presiden 5 Juli 1959. Di dalam kondsiderannya dinyatakan, _“ bahwa kami berkeyakinan bahwa piagam Jakarta tertanggal 22 Juni 1945 menjiwai
undang-undang Dasar 1945 dan adalah merupakan
suatu rangkain kesatuan dengan
kontitusi tersebut.”_
14. Dalam buku, kumpulan tulisan mengenai 17
Tokoh, disana jelas bahwa umat Islam tidak pernah absen dari sebuah perjuangan
kemerdekaan.
15. Banyak dari kalangan dalam dan luar yang
menghendaki melakukan ikhitar untuk menghapuskan dalam lembaran sejarah jasa-jasa
umat Islam. Kontribusi ulama dan santri.
Tentu hal ini tidak dapat dipungkiri.
16. Jiwa
nasionalisme umat Islam jangan dipertanyakan, menurut ungkapan DR. Douwes Dekker, sebagaimana
dikutip oleh KH. A. Wahid Hasyim. _“ dalam banyak hal, Islam merupakan nasionalisme di Indonesia dan jika seandainya
tidak ada factor Islam disini, sudah
lama nasionalisme yang sebenar-benarnya hilang dan lenyap”_.
By : Misbahudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar