Materi keenam
dalam kegiatan *KADERISASI
ULAMA MIUMI (KUM-1)* mengangkat tema *”ULAMA SPIRITUAL LEADRESHIP”* yang disampaikan oleh * Ir. Misbahul Huda. MBA*, beliau
mengungkapkan bahwa ulama yang mempunyai potensi jiwa kepemimpinan yang dapat menggerakan, umat akan terbawa arus perubahan dengan
petuah dan aksi-aksi nyata, kajiannya dan petuahnya tidak berakhir dalam
tatanan konsep semata. Tetapi ada follow up yang terasa di tengah masyarkat.
Ulama yang berkempemimpinan adalah menggerak intelektualitas dan pendombrak perubahan.
*Jiwa Leadership
Ibnu Taimiyyah*
Ibnu
Taimiyyah adalah ulama dengan segudang karya, pemimpin dalam urusan agama pada
masanya, menjadi sebuah oase dalam kehidupan yang gersang dan tandus yang
membutuh sosok pemimpin agama yang mencerahkan akal pikir dan alam rasa
intusinya.
Tetapi Ibnu
Taimiyyah tidak berhenti dalam tatanan pemenuhan dahaga spiritual dan dahaga
pemikiran saja, tetapi beliau pun turun langsung ke medan laga untuk memimpin
sebuah pergerakan masa, melakukan aksi yang yang menjadi inpirasi umat pada
saat itu turun berjuang.
Ibnu
Taimiyyah bukan hanya seorang ulama yang berkutat dengan buku-buku namun juga
tidak absen dalam peperangan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah banyak
melakukan jihad. Dialah seorang alim dan mujahid yang memadukan antara pedang
dan pena. Ada sejumlah aktivitas jihad Ibnu Taimiyah, diantaranya dalam Perang
Qazan (699H), Perang melawan Tartar pada 700 H, dan Perang Syaqhab (702 H).
*Jiwa
Leadership M. Natsir*
Jika
membirakan sejarah NKRI maka tidak dapat dipisahkan dengan yang namanua Natsir,
Natsir adalah tokoh nasional yang memilki ide brilian yang dihasilakan dari
analisi berpikir yang dalam dalam filosofis.
Ketika Indonesia pada saat itu berbentuk Republik Indonesia Serikat
(RIS) dan sudah mulai terlihat riak-riak perselisihan dan perpecahan antar
negera federal, maka Natsir mengeluarkan
sebuah ide brilian yang dikenal dengan mosi integral Natsir. Sehingga negera-negara bagianpun dengan mosi
integral pun bisa bersatu kembali
menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Latar
Belakang M. Natsir adalah seorang ulama dan inteletual, tetapi jiwa
kepemimpinanya yang sudah terpatri dalam diri, menjadikannya tidak suka untuk
berduduk manis, merenung dan merangkai kata dalam dunia abstrak untuk menjadi
sebuah tulisan-tulisan yang menginspirasi dan menggerakan.
Beliau
memilih untuk terjun ke lapangan, bergerak dan berdakwah memaluli dunia
politik, untuk memperjuang Islam secara konstitusional dengan wadah politik
partai masyumi, tetapi ketika parta masyumi dibubarkan, Natsir tidak diam
membisu.
Jiwa kepemimpinannya
memanggilnya kembali untuk bergerak dan
tetap menggerkan generasi penerus umat dan umat itu sendiri untuk
sama-sama bahu membahu mewujudkan Islam yang kaaafah di negeri Indonesia.
Maka
lahirkah ide untuk mendirikan dewan dakwah sebagai wadah perjuangan umat dari
berbagai ormas itu berjuang bersama-sama. Ungkap yang phenomenal yang tidak
dilupakan oleh para penerus perjuangnya adalah “ dulu kita berdakwah lewat
politik, sekarang kita berpolitik lewat dakwah”
*Spiritualitas Leadership dan Etos Kerja*
Spiritual
adalah elemen terpenting dalam diri manusia, setelah emosional dan intelektual,
sebuah dimensi diri yang lebih dalam dan lebih tinggi. Spiritual, Elemen
terpenting untuk membangun organisasi, membangun etos kerja dan meningkatkan daya
saing global.
Dalam dunia
dakwah maka spiritualitas adalah sebuah kekuatan yang tak kasat mata tetapi
teras, bagaimana sebuah tema atau dalil
yang disampaikan oleh ustdz dengan ustdz yang lain berbeda rasa dan
“pencerahan” yang didapat, tiada lain dan tiada bukan faktornya adalah kekuatan
spiritual yang membangun kualitas sebuah ucapan.
Jika kita
renungkan hadits yang kedua dari hadits
arbain imam an-nawawi, secara ekplit Jibril sedang mengajarkan kepada para
sahabat dan kepada kita, hikarkis sebuah tatanan keislaman.
Pertama,
Jibril bertanya tentang Islam, maka
rukun Islam yang dijawab oleh nabi tataranya masih dalam tatanan ucapan dan gerakan jasadiah amaliyyah, belum
masuk kepada tataran keyakinan
hati. Kedua, Jibril bertanya masalah
keimanan, maka RasuluLLah menjawab dengan jawaban rukun iman yang tataran dan
dimensinya sudah masuk ke ranah keyakinan hati. Ranah keimanan jiwa dilihat dari sabda
RasuluLLah lebih mendalam, lebih esoteric dari pada keislaman.
Ketiga,
Jibril bertanya tentang ihsan, maka RasuluLLah menjawan dengan jawaban yang
filosofis dan mendalam, sebuah dunia spiritualitas yang begitu dalam yang
menggambarkan sebuah “kedekatan” yang begitu intim dengan Allah.
_“Sembahlah
Allah seolah-olah kamu melihatnya, jika kamu tida bisa, maka sembahlah Allah
dengan keyakinan seolah-olah Allah
melihatmu”_.
Ini adalah
sebuah gambaran dari kualitas spiritual yang kan menghasilkan pribadi-pribadi
yang berkualitas, seperti layaknya para sahabat RasuluLLah menjadi pribadi yang luar biasa setelah jiwa mereka disentuh oleh spiritualitas
keimanan dalam balutan taufiq dan
hidayah Allah subhanahuwata’ala.
The Power of Iman, menjadikan Percaya Diri dalam menghadapi semua masalah
dengan kekuatan sabar
dan syukur, kekuatan iman yang menjadikannya tetap berdiri tegak bak karang
yang tak tergoyahkan dengan hantaman ombak.
Dan kekuatan Imanlah yang menajadikan manusia senantiasa melihat banyak
kebaikan dalam setiap peristiwa dan kejadian.
Mindset yang
akan dimiliki oleh manusia yang beriman adalah _*Harus bisa. Nothing is
impossible, everything is possible, if
you believe in Allah*_, tidak ada yang mustahil, semua mungkin jika kamu
yakin dan percaya kepada Allah. Berikhiar
dalam mencapai cita dan asa dalam kepemimpinan spiritual akan mampu merombak keadaan, diri yang biasanya lunglai tidak ada motivasi
akan bangkit karena ada sebuah “setruman” jiwa dari kedalam imannya yang dekat
kepada Allah. Dan umat yang biasanya kalahan bisa
menjadi pemenang kehidupan. Karena Dimensi spiritual kepemempinan, ada
sebuah integritas yang ikhlas , ada antusias
tanpa batas , totalitas tanpa menuntut balas.
*SEMUA KITA
ADALAH LEADER*
Semua kita
adalah pemimpin, tugas kepemimpinan itu sudah melekat dalam diri manusia, manusia
adalah khalifah yang betanggung jawab untuk membuat peradaban di muka bumi dengan berkarya dan beriman,
menjadi mahluk yang banyak bermanfaat bagi yang lainnya.
øÎ)ur tA$s% /u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkÏù `tB ßÅ¡øÿã $pkÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB w tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ
Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah : 30).
Manusia
adalah pemimpin karena manusia telah siap memikul amanah yang tidak mau dipikul
oleh langit dan gunug, manusia mau dan manusia bisa mengemban amanah tersebut jika dia tetap dalam “on the trek”
kebenaran dengan meminta bantuan kepada
Allah, karena bagi setiap orang yang beriman adalah sebuah jalan keluar dari
setiap tantangan hidup dan tangtangan kepemimpinan.
$¯RÎ) $oYôÊttã sptR$tBF{$# n?tã ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ÉA$t6Éfø9$#ur ú÷üt/r'sù br& $pks]ù=ÏJøts z`ø)xÿô©r&ur $pk÷]ÏB $ygn=uHxqur ß`»|¡RM}$# ( ¼çm¯RÎ) tb%x. $YBqè=sß Zwqßgy_ ÇÐËÈ
“ Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia
itu Amat zalim dan Amat bodoh “ (QS. Al-Ahzab : 72)
Manusia
adalah pemimpin secara spesifik personal, sebuah
jabatan yang Allah berikan kepadanya dalam kehidupan
yang dia pikul, dia adalah pemimpin yang memipin diri sendiri untuk beramal sebaiknya agar bisa mempertanggung
jawab kehidupannya di akhirat kelak di depan Allah. Isti adalah pemimpin yang
memimpin di rumah untuk anak-anaknya, membina mereka dengan penuh kasih saying
dan penuh perhatian, karena semua hal dalam berbagai profesi dan amanah apapun
akan diminta pertanggung jawabnnya oleh Allah.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّكُمْ
رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ. فَالإمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ، وَالرَّجُلُ
رَاعٍ عَلَى أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ
زَوْجِهَا وَهِيَ مَسْئُولَةٌ، وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ
مَسْئُولٌ. أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ.
Dari
Abdullah, Nabi bersabda: Setiap kalian adalah pemimpin, dan
setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang imam adalah pemimpin
dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin atas
keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang wanita adalah
pemimpin atas rumah suaminya, dan ia pun akan dimintai pertanggungjawabannya.
Seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya dan ia juga akan dimintai
pertanggungjawabannya. Sungguh setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian
akan dimintai pertanggungjawabannya. (HR. al-Bukhari: 4789).
Maka ayat Al-Qur’an dan hadits diatas, setiap
kita adalah pemimipin yang berkewajiban untuk memaksimalkan segala waktu, tenaga,
pikiran dan segala potensi dengan sebaik-baiknya agar berbuah pahala dan surge
Allah kelak.
*FUNGSI KEPEMIMPINAN*
Keberhasilan
perusahan, yayasan pendidikan, dan Negara ditentukan oleh pemimpinnya, karena
pemimpin pemegang otoritas besar, penentu mau dibawa kempemimpinannya. Pemimpin adalah pencipta atmosfir kehidupan.
Pemimpin menentukan 80 % berhasil tidaknya
sebuah target. persBanyak orang menjadi pemimpin, tapi sedikit yang sukses, lebih sedikit
lagi pemimpin yang signifikan (Pareto).
Banyak Pemimpin yang menguasai teori kepemimpinan, tapi persoalannya ada
pada rendahnya keberanian menghadirkan
kompetensi kepemimpinan dalam praktek. Disinilah pentingnya sharing, coaching dan
mentoring.
Lalu seperti
apakah fungsi kepemimpinan yang menentukan berhasil tidaknya target yang hendak
di raih dalam kepemimpinanya. Penelitian Lieberman et al (1973) menunjukkan bahwa analisis faktor
sejumlah besar variabel perilaku pemimpin menghasilkan 4 fungsi kepemimpinan
dasar :
1. Emotional Stimulation
memberi tanggapan,
menunjukkan pertentangan, memberi kegiatan, memberi instruksi yang jelas
tidak absurd.
2. Caring
Mengasihi, menghargai,
hangat, menerima, memberi dorongan, tulus dan penuh perhatian dalam
setiap hal-hal yang kecil, karena bangkitanya semangat, gairah bawahan kadang
lahir dari perhatian yang sepele tetapi menyentuh hati.
3. Meaning Attribution
menjelaskan,
mengklarifikasi, menafsirkan, memberikan stimulasi berubah, menerjemahkan
perasaan dan pengalaman ke dalam ide-ide yang jelas dan menginspirasi dan membawa
aura-aura positif di lingkunganya.
4. Executive Function
Menentukan batas waktu, aturan, norma, tujuan,
mengelola waktu, menetukan kecepatan kerja kelompok, dan memberikan saran.
Melejitkan Spiritual
Leader Ship Dengan MOVE-ON 5.0
Bagi seorang
muslim pembelajaran adalah seumur hidu (long life educatioan), dari mulai lahir sampai masuk liar lukur,
semua bernafaskan pembelajaran. Maka untuk melejitkan Spiritual Leadership ada
lima hal yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan. Semua racikannya terkandung
dalam MOVE-ON 5.0
1. Spiritual
Kemampuan menghadirkan Allah dalam dunia
kerja, bisnis dan dakwah , Merasakan
bawha Allah as a hidden stakeholder
adalah pemberi kekuatan dan kemenagan yang sebenanya.
Spiritualitas dalam diri Da’I sangat penting
keberadaannya, walaupun tidak kasat mata, tetapi spiritualitas ini menghadirkan
sebuah keikhlasan yang tulus. Ikhlash itu muncul dari kedalaman tauhid dan
tauhid lahir dari rasa spiriualitas yang dalam
yang merasakn kehadiran Allah begitu dekat, tidak ada ruang kosong untuk
yang lain dalam hatinya, hanya Allah yang menenpati relung-relung jiwanya.
Sehingga dari sini lahirlah konsep
adalah ihsan.
Konsep yang dimana dia beraktivitas merasakan
kehadiran Allah, merasakan diawasi oleh Allah,
Maka dalam perjuang dakwah seorang da’I dia tetap berjalan menapaki
tugas mulianya, terlepas apakah dicemoaah ataupun dipuji. Tidak terbang ketika dipuji tidak putus asa
dan melemah ketika dihina dicela.
2. Passion
Passion adalah karakter dan keunikan kita,
style kita yang tidak dimiliki oleh yang
lain, _Passion is all about you, and you only_, maka temukanlah
keunikanmu, temukanlah kelebihanmu yang sudah Allah berikan dan fokuslah untuk melejitkanya
ôs)s9 $uZø)n=y{ z`»|¡SM}$# þÎû Ç`|¡ômr& 5OÈqø)s? ÇÍÈ
“ Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. At-Tien : 4)
Allah pun senantiasa mengajak manusia untuk
melejitkan dirinya untuk menyongsong kemenagan, Allah senantiasa memanggil
umatnya lima kali sehari dengan panggilan “ AL FALAH” ,
marilah menuju kepada kemenangan.
Generasi terbaik para sahabat Nabi, adalah
‘keren’, jagoan (optimal) dibidangnya masing-masing, tidak ada sahabat
yang bekerja ala kadarnya (mediocrity). Mereka tumbuh menjadi manusia-manusia yang
berkualitas sesuai dengan passionnya.
Maka tidaklah heran manusia-manusia yang lahir dari pembinaan RasuluLLah
menjadi penerus estapeta perjuangan dakwah Islam. Salah satu faktonya adalah mereka tumbuh
dengan passion mereka masing-masing.
3. Vision
Visi bisa
menjadi motivasi dan energi hidup dan kehidupan, manusia yang mempunyai visi
akan berbeda dengan orang yang tidak memikiki visi dalam kehidupannya, karena orang yang memiliki visi, maka akan
memaksimalkan waktu, energy dan pikirannya sebaik mungkin.
Manusia yang
memiliki visi pasti kualitas diri dan kehidupannya berbeda dengan manusia
yang tidak memiliki visi, manusia yang
memiliki visi pasti akan menjadi manusia yang produktif. Sebagaiman sebuah
ungkapan mengatakan “ If you wake up without goals, go back to sleep”, jika
kamu bangun tanpa sebuah target hidup, maka kembalilah tidur.
Visi dan
produktivitas adalah satu tali dua uang, RasuluLLah secara ekplisit
memerintahkan manusia untuk memiliki sebuah tujuan, segera bergerak untuk
kebaikan jangan ditunda-tunda.
عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ كُنْ فِي
الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ [وَعُدَّ نَفْسَكَ مِنْ أَهْلِ
الْقُبُوْرِ] وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ
الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ
لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
Dari Ibnu
Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
memegang kedua pundakku, lalu bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia ini
seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’ [dan persiapkan dirimu
termasuk orang yang akan menjadi penghuni kubur (pasti akan mati)].”. (HR.
Bukhari).
Dan jika
kita renungkan Iman kepada hari akhir, alam barzah dan alam-alam selanjutnya,
tiada lain dan tiada bukan mengajarkan kita agar kita berfikir futuristic. Mempunyai visi dan misi
kehidupan yang jelas, menyongsong kehidupan yang sebenanya di akhirat kelak.
4. Action
Setelah
manusia mempunyai visi atau target kehidupannya, maka harus difolow up
dengan sebuah aksi nyata, harus ada
sebuah usaha untuk merealisasikan konsep ide dalam visiinya itu dalam dunia
nyata.
Ide sebagus
apapun, visi misi hidup seindah apapapun akan menjadi bak air air yang menguap
begitu saja, tidak ubahnya seperti
patamorgana di padang pasir yang gersang, indah dan menarik hati tetapi hanya
sebuah ilusi.
Berkaiatn
dengan amal nyata bagi seorang da’I adalah sebuah kewajiban, apa yang dia
perintahkan dari sebuah kebaikan dan amal shaleh harus dia melakuaknya,
kemurkaan besar manusia yang banyak berkata-kata tetapi tidak mengamalkannya,
bagi seorang da’I yang ingin melejitkan kepemimpinanya sangat perlu untuk
menyelaraskan hati, ucapan dan tindakanya.
Karena
bagaimana mungkin, manusia mengikuti
ucapan, nasihat dan petuahnya jika da’I itu sendiri melupakan dirinya untuk
melakukan kebaikan tersebut.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ . كَبُرَ مَقْتًا
عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لا تَفْعَلُونَ
“Wahai
orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu
kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang
tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff: 2-3)
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ
وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa
kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri
(kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah
kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah: 44)
Maka
lihatlah Rasulullah adalah sosok penyeru dakwah yang memiliki jiwa kepemimpinan
yang banyak memberikan sebuah keteladan dengan perbuatan dari pada
intruksi-intruksi semata. Itulah da’I yang sesungguhnya , itu pemimpin yang sesungguhnya.
5. Collaboration
Kekusksesaan
yang berlipat adalah kesuksesaan hasil dari sebuah kolaborasi dalam satu Tim, melaksankan
sebuah program demi terwujud sebuah target dengan bahu membahu, sama-sama kerja
dan kerja sama.
Sinergy is when the
whole is greater than the sum of the parts, Sinergi adalah ketika keseluruhan lebih besar
dari jumlah bagian, terjadi yang namanya simbiosis mutualisme, saling
menguntungan dan memberi keuntungan demi sebuah tujuan.
Dalam dunia
dakwah, maka collaboration adalah sebuah kerja sama tim dalam menggerakan roda
dakwah, dengan kolaborasi beratnya tantangan dakwah akan lebih ringan. Karena
dihadapi bersama-sama.
By.
Misbahudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar