Jumat, 08 Januari 2021

ULAMA SPIRITUAL LEADRESHIP

 

Materi keenam dalam kegiatan *KADERISASI ULAMA MIUMI (KUM-1)* mengangkat tema *”ULAMA SPIRITUAL LEADRESHIP”* yang disampaikan oleh * Ir. Misbahul Huda. MBA*, beliau mengungkapkan bahwa ulama yang mempunyai potensi jiwa kepemimpinan yang dapat menggerakan,  umat akan terbawa arus perubahan dengan petuah dan aksi-aksi nyata, kajiannya dan petuahnya tidak berakhir dalam tatanan konsep semata. Tetapi ada follow up yang terasa di tengah masyarkat. Ulama yang berkempemimpinan adalah menggerak intelektualitas dan pendombrak  perubahan.

 

*Jiwa Leadership Ibnu Taimiyyah*

 

Ibnu Taimiyyah adalah ulama dengan segudang karya, pemimpin dalam urusan agama pada masanya, menjadi sebuah oase dalam kehidupan yang gersang dan tandus yang membutuh sosok pemimpin agama yang mencerahkan akal pikir dan alam rasa intusinya.

 

Tetapi Ibnu Taimiyyah tidak berhenti dalam tatanan pemenuhan dahaga spiritual dan dahaga pemikiran saja, tetapi beliau pun turun langsung ke medan laga untuk memimpin sebuah pergerakan masa, melakukan aksi yang yang menjadi inpirasi umat pada saat itu turun berjuang.

 

Ibnu Taimiyyah bukan hanya seorang ulama yang berkutat dengan buku-buku namun juga tidak absen dalam peperangan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah banyak melakukan jihad. Dialah seorang alim dan mujahid yang memadukan antara pedang dan pena. Ada sejumlah aktivitas jihad Ibnu Taimiyah, diantaranya dalam Perang Qazan (699H), Perang melawan Tartar pada 700 H, dan Perang Syaqhab (702 H).

 

*Jiwa Leadership M. Natsir*

 

Jika membirakan sejarah NKRI maka tidak dapat dipisahkan dengan yang namanua Natsir, Natsir adalah tokoh nasional yang memilki ide brilian yang dihasilakan dari analisi berpikir yang dalam dalam filosofis.  Ketika Indonesia pada saat itu berbentuk Republik Indonesia Serikat (RIS) dan sudah mulai terlihat riak-riak perselisihan dan perpecahan antar negera federal, maka Natsir  mengeluarkan sebuah ide brilian yang dikenal dengan mosi integral Natsir.  Sehingga negera-negara bagianpun dengan mosi integral pun bisa bersatu kembali  menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

 

Latar Belakang M. Natsir adalah seorang ulama dan inteletual, tetapi jiwa kepemimpinanya yang sudah terpatri dalam diri, menjadikannya tidak suka untuk berduduk manis, merenung dan merangkai kata dalam dunia abstrak untuk menjadi sebuah tulisan-tulisan yang menginspirasi dan menggerakan.

 

Beliau memilih untuk terjun ke lapangan, bergerak dan berdakwah memaluli dunia politik, untuk memperjuang Islam secara konstitusional dengan wadah politik partai masyumi, tetapi ketika parta masyumi dibubarkan, Natsir tidak diam membisu.

 

Jiwa kepemimpinannya memanggilnya kembali untuk bergerak dan  tetap menggerkan generasi penerus umat dan umat itu sendiri untuk sama-sama bahu membahu mewujudkan Islam yang kaaafah di negeri Indonesia.

 

Maka lahirkah ide untuk mendirikan dewan dakwah sebagai wadah perjuangan umat dari berbagai ormas itu berjuang bersama-sama. Ungkap yang phenomenal yang tidak dilupakan oleh para penerus perjuangnya adalah “ dulu kita berdakwah lewat politik, sekarang kita berpolitik lewat dakwah”

 

*Spiritualitas Leadership dan Etos Kerja*

 

Spiritual adalah elemen terpenting dalam diri manusia, setelah emosional dan intelektual, sebuah dimensi diri yang lebih dalam dan lebih tinggi.  Spiritual, Elemen terpenting untuk membangun organisasi, membangun etos kerja dan meningkatkan daya saing global.

 

Dalam dunia dakwah maka spiritualitas adalah sebuah kekuatan yang tak kasat mata tetapi teras,  bagaimana sebuah tema atau dalil yang disampaikan oleh ustdz dengan ustdz yang lain berbeda rasa dan “pencerahan” yang didapat, tiada lain dan tiada bukan faktornya adalah kekuatan spiritual yang membangun kualitas sebuah ucapan.

 

Jika kita renungkan  hadits yang kedua dari hadits arbain imam an-nawawi, secara ekplit Jibril sedang mengajarkan kepada para sahabat dan kepada kita, hikarkis sebuah tatanan  keislaman.

 

Pertama, Jibril bertanya tentang Islam,  maka rukun Islam yang dijawab oleh nabi tataranya masih dalam tatanan  ucapan dan gerakan jasadiah amaliyyah, belum masuk kepada tataran  keyakinan hati.  Kedua, Jibril bertanya masalah keimanan, maka RasuluLLah menjawab dengan jawaban rukun iman yang tataran dan dimensinya sudah masuk ke ranah keyakinan hati.   Ranah keimanan jiwa dilihat dari sabda RasuluLLah lebih mendalam, lebih esoteric dari pada keislaman.

 

Ketiga, Jibril bertanya tentang ihsan, maka RasuluLLah menjawan dengan jawaban yang filosofis dan mendalam, sebuah dunia spiritualitas yang begitu dalam yang menggambarkan sebuah “kedekatan” yang begitu intim dengan Allah.

 

_“Sembahlah Allah seolah-olah kamu melihatnya, jika kamu tida bisa, maka sembahlah Allah dengan keyakinan  seolah-olah Allah melihatmu”_.

 

Ini adalah sebuah gambaran dari kualitas spiritual yang kan menghasilkan pribadi-pribadi yang berkualitas, seperti layaknya para sahabat RasuluLLah  menjadi pribadi yang luar biasa setelah  jiwa mereka disentuh oleh spiritualitas keimanan  dalam balutan taufiq dan hidayah Allah subhanahuwata’ala.

 

The Power of Iman, menjadikan Percaya Diri dalam menghadapi semua masalah dengan kekuatan sabar dan syukur, kekuatan iman yang menjadikannya tetap berdiri tegak bak karang yang tak tergoyahkan dengan hantaman ombak.  Dan kekuatan Imanlah yang menajadikan manusia senantiasa melihat banyak kebaikan dalam setiap peristiwa dan kejadian.

 

Mindset yang akan dimiliki oleh manusia yang beriman adalah _*Harus bisa. Nothing is impossible,  everything is possible, if you believe in Allah*_, tidak ada yang mustahil, semua mungkin jika kamu yakin dan percaya kepada Allah. Berikhiar dalam mencapai cita dan asa  dalam kepemimpinan spiritual akan mampu merombak keadaan, diri yang biasanya lunglai tidak ada motivasi akan bangkit karena ada sebuah “setruman” jiwa dari kedalam imannya yang dekat kepada Allah. Dan umat yang biasanya kalahan bisa menjadi pemenang kehidupan.  Karena Dimensi spiritual kepemempinan, ada sebuah  integritas  yang ikhlas , ada antusias tanpa batas , totalitas tanpa menuntut balas.

 

*SEMUA KITA ADALAH LEADER*

 

Semua kita adalah pemimpin, tugas kepemimpinan itu sudah melekat dalam diri manusia, manusia adalah khalifah yang betanggung jawab untuk membuat peradaban  di muka bumi dengan berkarya dan beriman, menjadi mahluk yang banyak bermanfaat bagi yang lainnya.

 

 

øŒÎ)ur tA$s% š/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkŽÏù `tB ßÅ¡øÿム$pkŽÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB Ÿw tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ  

 

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah : 30).

 

 

 

 

Manusia adalah pemimpin karena manusia telah siap memikul amanah yang tidak mau dipikul oleh langit dan gunug, manusia mau dan manusia bisa mengemban  amanah tersebut jika dia tetap dalam “on the trek”  kebenaran dengan meminta bantuan kepada Allah, karena bagi setiap orang yang beriman adalah sebuah jalan keluar dari setiap tantangan hidup dan tangtangan kepemimpinan.

 

 

$¯RÎ) $oYôÊttã sptR$tBF{$# n?tã ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ÉA$t6Éfø9$#ur šú÷üt/r'sù br& $pks]ù=ÏJøts z`ø)xÿô©r&ur $pk÷]ÏB $ygn=uHxqur ß`»|¡RM}$# ( ¼çm¯RÎ) tb%x. $YBqè=sß Zwqßgy_ ÇÐËÈ  

 

“ Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat  kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh “ (QS. Al-Ahzab : 72)

 

Manusia adalah pemimpin secara spesifik personal, sebuah jabatan yang Allah berikan kepadanya dalam kehidupan yang dia pikul, dia adalah pemimpin yang memipin diri sendiri untuk  beramal sebaiknya agar bisa mempertanggung jawab kehidupannya di akhirat kelak di depan Allah. Isti adalah pemimpin yang memimpin di rumah untuk anak-anaknya, membina mereka dengan penuh kasih saying dan penuh perhatian, karena semua hal dalam berbagai profesi dan amanah apapun akan diminta pertanggung jawabnnya oleh Allah.

 

 

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ. فَالإمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَهِيَ مَسْئُولَةٌ، وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ. أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ.

 

 

 

Dari Abdullah, Nabi bersabda: Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya, dan ia pun akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya dan ia juga akan dimintai pertanggungjawabannya. Sungguh setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya. (HR. al-Bukhari: 4789).

 

Maka ayat Al-Qur’an dan hadits diatas, setiap kita adalah pemimipin yang berkewajiban untuk memaksimalkan segala waktu, tenaga, pikiran dan segala potensi dengan sebaik-baiknya agar berbuah pahala dan surge Allah kelak.

 

*FUNGSI KEPEMIMPINAN*

 

Keberhasilan perusahan, yayasan pendidikan, dan Negara ditentukan oleh pemimpinnya, karena pemimpin pemegang otoritas besar, penentu mau dibawa kempemimpinannya.  Pemimpin adalah pencipta atmosfir kehidupan. Pemimpin menentukan 80 % berhasil tidaknya  sebuah target.  persBanyak orang menjadi pemimpin, tapi sedikit yang sukses, lebih sedikit lagi pemimpin yang signifikan (Pareto).

 

Banyak Pemimpin yang menguasai teori kepemimpinan, tapi persoalannya ada pada  rendahnya keberanian menghadirkan kompetensi kepemimpinan dalam praktek. Disinilah pentingnya sharing, coaching dan mentoring.

 

Lalu seperti apakah fungsi kepemimpinan yang menentukan berhasil tidaknya target yang hendak di raih dalam kepemimpinanya.  Penelitian Lieberman et al (1973) menunjukkan bahwa analisis faktor sejumlah besar variabel perilaku pemimpin menghasilkan 4 fungsi kepemimpinan dasar :

 

 

1.      Emotional Stimulation

memberi tanggapan, menunjukkan pertentangan, memberi kegiatan, memberi instruksi yang jelas tidak absurd.

 

 

2.      Caring

 

Mengasihi, menghargai, hangat, menerima, memberi dorongan, tulus dan penuh perhatian dalam setiap hal-hal yang kecil, karena bangkitanya semangat, gairah bawahan kadang lahir dari perhatian yang sepele tetapi menyentuh hati.

 

 

3.      Meaning Attribution

 

menjelaskan, mengklarifikasi, menafsirkan, memberikan stimulasi berubah, menerjemahkan perasaan dan pengalaman ke dalam ide-ide yang jelas dan menginspirasi dan membawa aura-aura positif di lingkunganya.

 

4.      Executive Function

 

Menentukan batas waktu, aturan, norma, tujuan, mengelola waktu, menetukan kecepatan kerja kelompok, dan memberikan saran.

 

Melejitkan Spiritual Leader Ship Dengan MOVE-ON 5.0

 

Bagi seorang muslim pembelajaran adalah seumur hidu (long life educatioan),  dari mulai lahir sampai masuk liar lukur, semua bernafaskan pembelajaran. Maka untuk melejitkan Spiritual Leadership ada lima hal yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan. Semua racikannya terkandung dalam MOVE-ON 5.0

 

1.      Spiritual

 

Kemampuan menghadirkan Allah dalam dunia kerja, bisnis dan dakwah ,  Merasakan bawha  Allah as a hidden stakeholder adalah pemberi kekuatan dan kemenagan yang sebenanya.

 

 

Spiritualitas dalam diri Da’I sangat penting keberadaannya, walaupun tidak kasat mata, tetapi spiritualitas ini menghadirkan sebuah keikhlasan yang tulus. Ikhlash itu muncul dari kedalaman tauhid dan tauhid lahir dari rasa spiriualitas yang dalam  yang merasakn kehadiran Allah begitu dekat, tidak ada ruang kosong untuk yang lain dalam hatinya, hanya Allah yang menenpati relung-relung jiwanya. Sehingga dari sini lahirlah konsep  adalah ihsan.

 

 

Konsep yang dimana dia beraktivitas merasakan kehadiran Allah, merasakan diawasi oleh Allah,  Maka dalam perjuang dakwah seorang da’I dia tetap berjalan menapaki tugas mulianya, terlepas apakah dicemoaah ataupun dipuji.  Tidak terbang ketika dipuji tidak putus asa dan melemah ketika dihina dicela.

 

 

2.      Passion

 

 

Passion adalah karakter dan keunikan kita, style kita yang tidak dimiliki oleh yang  lain, _Passion is all about you, and you only_, maka temukanlah keunikanmu, temukanlah kelebihanmu yang sudah Allah berikan dan  fokuslah untuk melejitkanya

 

 

ôs)s9 $uZø)n=y{ z`»|¡SM}$# þÎû Ç`|¡ômr& 5OƒÈqø)s? ÇÍÈ  

 

“ Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. At-Tien : 4)

 

 

Allah pun senantiasa mengajak manusia untuk melejitkan dirinya untuk menyongsong kemenagan, Allah senantiasa memanggil umatnya lima kali sehari dengan panggilan AL FALAH” , marilah menuju kepada kemenangan.

 

 

Generasi terbaik para sahabat Nabi, adalah ‘keren’, jagoan (optimal) dibidangnya masing-masing, tidak ada sahabat yang  bekerja ala kadarnya (mediocrity).  Mereka tumbuh menjadi manusia-manusia yang berkualitas sesuai dengan passionnya.   Maka tidaklah heran manusia-manusia yang lahir dari pembinaan RasuluLLah menjadi penerus estapeta perjuangan dakwah Islam.  Salah satu faktonya adalah mereka tumbuh dengan passion mereka masing-masing.

 

 

3.      Vision

 

Visi bisa menjadi motivasi dan energi hidup dan kehidupan, manusia yang mempunyai visi akan berbeda dengan orang yang tidak memikiki visi dalam kehidupannya,  karena orang yang memiliki visi, maka akan memaksimalkan waktu, energy dan pikirannya sebaik mungkin.

 

Manusia yang memiliki visi pasti kualitas diri dan kehidupannya berbeda dengan manusia yang  tidak memiliki visi, manusia yang memiliki visi pasti akan menjadi manusia yang produktif. Sebagaiman sebuah ungkapan mengatakan “ If you wake up without goals, go back to sleep”, jika kamu bangun tanpa sebuah target hidup, maka kembalilah tidur.

 

Visi dan produktivitas adalah satu tali dua uang, RasuluLLah secara ekplisit memerintahkan manusia untuk memiliki sebuah tujuan, segera bergerak untuk kebaikan jangan ditunda-tunda.

 

 

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ [وَعُدَّ نَفْسَكَ مِنْ أَهْلِ الْقُبُوْرِ] وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ

 

 

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua pundakku, lalu bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’ [dan persiapkan dirimu termasuk orang yang akan menjadi penghuni kubur (pasti akan mati)].”. (HR. Bukhari).

 

Dan jika kita renungkan Iman kepada hari akhir, alam barzah dan alam-alam selanjutnya, tiada lain dan tiada bukan mengajarkan kita agar kita  berfikir futuristic. Mempunyai visi dan misi kehidupan yang jelas, menyongsong kehidupan yang sebenanya di akhirat kelak.

 

4.      Action

 

Setelah manusia mempunyai visi atau target kehidupannya, maka harus difolow up dengan  sebuah aksi nyata, harus ada sebuah usaha untuk merealisasikan konsep ide dalam visiinya itu dalam dunia nyata.

 

Ide sebagus apapun, visi misi hidup seindah apapapun akan menjadi bak air air yang menguap begitu saja,  tidak ubahnya seperti patamorgana di padang pasir yang gersang, indah dan menarik hati tetapi hanya sebuah ilusi.

 

Berkaiatn dengan amal nyata bagi seorang da’I adalah sebuah kewajiban, apa yang dia perintahkan dari sebuah kebaikan dan amal shaleh harus dia melakuaknya, kemurkaan besar manusia yang banyak berkata-kata tetapi tidak mengamalkannya, bagi seorang da’I yang ingin melejitkan kepemimpinanya sangat perlu untuk menyelaraskan hati, ucapan dan tindakanya.

 

Karena bagaimana mungkin,  manusia mengikuti ucapan, nasihat dan petuahnya jika da’I itu sendiri melupakan dirinya untuk melakukan kebaikan tersebut.

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ . كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لا تَفْعَلُونَ

 

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff: 2-3)

 

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ

 

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah: 44)




 

Maka lihatlah Rasulullah adalah sosok penyeru dakwah yang memiliki jiwa kepemimpinan yang banyak memberikan sebuah keteladan dengan perbuatan dari pada intruksi-intruksi semata. Itulah da’I yang sesungguhnya , itu  pemimpin yang sesungguhnya.

 

5.      Collaboration

 

Kekusksesaan yang berlipat adalah kesuksesaan hasil dari sebuah kolaborasi dalam satu Tim, melaksankan sebuah program demi terwujud sebuah target dengan bahu membahu, sama-sama kerja dan kerja sama.

 

 Sinergy is when the whole is greater than the sum of the parts, Sinergi adalah ketika keseluruhan lebih besar dari jumlah bagian, terjadi yang namanya simbiosis mutualisme, saling menguntungan dan memberi keuntungan demi sebuah tujuan.

 

Dalam dunia dakwah, maka collaboration adalah sebuah kerja sama tim dalam menggerakan roda dakwah, dengan kolaborasi beratnya tantangan dakwah akan lebih ringan. Karena dihadapi bersama-sama.

By. Misbahudin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar