Kamis, 22 April 2021

PEDOMAN DALAM MENGENAL ASBABUNUZUL AL-QUR’AN

 

*PEDOMAN DALAM MENGENAL ASBABUNUZUL AL-QUR’AN*

Oleh : Misbahudin

 

Para ulama mempunyai sebuah kaidah yang menjadi pedoman dalam mengenal asbabunul Al-Qur’an. Mereka menyandarkan kepada Riwayat yang shahih  dari Rasulullah berupa kesaksian  para sahabat yang terlibat secara langsung dalam peristiwa atau adanya sebuah lontaran pertanyaan kepada Rasulullah yang mereka saksikan sendiri, sehingga hal tersbeut “mengudang” turunya Al-Qur’an. Asbabunuzul ini secara pasti dan jelas bersambung kepada Rasulullah, bukan hasil spekulasi pendapat yang menerka-nerka.

 

Alwahidi berkata, _“Tidak sah pendapat mengenai  asbabunuzul Al-Qur’an  kecuali dengan disandarkan kepada Riwayat atau mendengar secara langsung dari orang yang menjadi saksi sejarah dari peristiwa asbabunuzul tersebut, mereka mengetahui hal tersebut, semangat mencari kebanaran dan mereka benar-benar bersungguh-sungguh dalam mencarinya”_.

 

Demikian  metode yang digunakan oleh ‘ulama salaf dalam menela’ah segala sesuatu yang berkaitan dengan  asbabunuzul Al-Qur’an. Mereka benar-benar berhati-hati  dalam berbicara mengenai hal tersebut jika tanpa landasan dan pedoman ilmu yang jelas.

 

Muhammad Ibnu Sirin berkara, _“Aku telah bertanya kepada ‘Ubaidah tentang sebuah ayat Al-Qur’an. Maka apakah yang dia katakana?”, dia mengatakan,”Bertaqwalah kepada Allah, dan berkatalah dengan benar, sungguh para sahabat, mereka adalah orang-orang yang benar-benar mengetahui tentang Al-Qur’an ini telah pergi meninggalkan kita”_.

 

Ibnu Sirin ‘ulama besar yang berasal Bashrah dari generasi tabiin sang ahli hadits dan sang Ahli Tabir mimpi telah berkata seperti itu, mewanti-wanti agar berhati-hati dalam berbicara yang berkaitan dengan Al-Qur’an tanpa ilmu. Hal ini menunjukan bahwa ilmu tentang asbabunuzul Al-Qur’an sangat penting untuk kita, tiada lain dan tiada bukan adalah agar kita bisa memahami  dan menyampaikan Al-Qur’an dengan pemahaman dan pendapat yang lurus.

 

Maka pedoaman yang menjadi pagangan kita dalam hal ini, adalah apa-apa yang diriwayatkan dari perkataan sahabat  yang jelas disandarkan kepada Rasulullah (Marfu), karena cara ini lah yang secara pasti menunjukan asbabunuzul Al-Qur’an.  Imam As-Suyuti memberikan sebuah pandangan, bahwa jika ada perkataan tabi’in yang secara jelas  menerangkan asbabunuzul Al-Qur’an  maka hal itu diterima, walaupun terkadang mursal, jika jelas penyandarannya kepada imam-imam tafsir yang mu’tabar, dimana mereka mengambil dan menukil pendapatnya tersebut dari para sahabat Rasulullah seperti Mujahid, ‘Ikrimah, Sa’id Ibnu Zubair,  dan kemursalannya itu diperkuat oleh hadits mursal yang lainnya, sehingga kedudukan haditsnya terangkat derajatnya.

 

Al-Wahidi sungguh amat menentang kepada ‘ulama sejamannya berkaitan asbabunuzul ini, beliau menganggap mereka terlalu ceroboh dan tidak berhati-hati  dalam  menggunakan periwayatan tentang asbabunuzul. Beliau menganggap hal tersebut  sebagai sebuah kedustaan.  Dan memberikan sebuah warning kepada mereka  dengan ancaman yang keras  dengan mengatakan, _“Jaman Now orang-orang begitu mudahnya mengada-ada tentang suatu hal sampai dengan melakukan kedustaan, sehingga menjadikan kedudukannya terlihat seperti orang bodoh, tanpa merenungi ancaman yang besar pagi mereka yang bodoh terhadap asbabunuzul”_.

 

 

Reverensi

1.     Mabahis fil ‘ulumul Qur’an li syaikh mana’il qathan

2.     At-Tibyan fi ‘ulumul Qur’an li Syaikh Ali Ash-Shobuni

3.     Dan lain-lain

 

 

 *

Oleh : Misbahudin

 

Para ulama mempunyai sebuah kaidah yang menjadi pedoman dalam mengenal asbabunul Al-Qur’an. Mereka menyandarkan kepada Riwayat yang shahih  dari Rasulullah berupa kesaksian  para sahabat yang terlibat secara langsung dalam peristiwa atau adanya sebuah lontaran pertanyaan kepada Rasulullah yang mereka saksikan sendiri, sehingga hal tersbeut “mengudang” turunya Al-Qur’an. Asbabunuzul ini secara pasti dan jelas bersambung kepada Rasulullah, bukan hasil spekulasi pendapat yang menerka-nerka.

 

Alwahidi berkata, _“Tidak sah pendapat mengenai  asbabunuzul Al-Qur’an  kecuali dengan disandarkan kepada Riwayat atau mendengar secara langsung dari orang yang menjadi saksi sejarah dari peristiwa asbabunuzul tersebut, mereka mengetahui hal tersebut, semangat mencari kebanaran dan mereka benar-benar bersungguh-sungguh dalam mencarinya”_.

 

Demikian  metode yang digunakan oleh ‘ulama salaf dalam menela’ah segala sesuatu yang berkaitan dengan  asbabunuzul Al-Qur’an. Mereka benar-benar berhati-hati  dalam berbicara mengenai hal tersebut jika tanpa landasan dan pedoman ilmu yang jelas.

 

Muhammad Ibnu Sirin berkara, _“Aku telah bertanya kepada ‘Ubaidah tentang sebuah ayat Al-Qur’an. Maka apakah yang dia katakana?”, dia mengatakan,”Bertaqwalah kepada Allah, dan berkatalah dengan benar, sungguh para sahabat, mereka adalah orang-orang yang benar-benar mengetahui tentang Al-Qur’an ini telah pergi meninggalkan kita”_.

 

Ibnu Sirin ‘ulama besar yang berasal Bashrah dari generasi tabiin sang ahli hadits dan sang Ahli Tabir mimpi telah berkata seperti itu, mewanti-wanti agar berhati-hati dalam berbicara yang berkaitan dengan Al-Qur’an tanpa ilmu. Hal ini menunjukan bahwa ilmu tentang asbabunuzul Al-Qur’an sangat penting untuk kita, tiada lain dan tiada bukan adalah agar kita bisa memahami  dan menyampaikan Al-Qur’an dengan pemahaman dan pendapat yang lurus.

 

Maka pedoaman yang menjadi pagangan kita dalam hal ini, adalah apa-apa yang diriwayatkan dari perkataan sahabat  yang jelas disandarkan kepada Rasulullah (Marfu), karena cara ini lah yang secara pasti menunjukan asbabunuzul Al-Qur’an.  Imam As-Suyuti memberikan sebuah pandangan, bahwa jika ada perkataan tabi’in yang secara jelas  menerangkan asbabunuzul Al-Qur’an  maka hal itu diterima, walaupun terkadang mursal, jika jelas penyandarannya kepada imam-imam tafsir yang mu’tabar, dimana mereka mengambil dan menukil pendapatnya tersebut dari para sahabat Rasulullah seperti Mujahid, ‘Ikrimah, Sa’id Ibnu Zubair,  dan kemursalannya itu diperkuat oleh hadits mursal yang lainnya, sehingga kedudukan haditsnya terangkat derajatnya.

 

Al-Wahidi sungguh amat menentang kepada ‘ulama sejamannya berkaitan asbabunuzul ini, beliau menganggap mereka terlalu ceroboh dan tidak berhati-hati  dalam  menggunakan periwayatan tentang asbabunuzul. Beliau menganggap hal tersebut  sebagai sebuah kedustaan.  Dan memberikan sebuah warning kepada mereka  dengan ancaman yang keras  dengan mengatakan, _“Jaman Now orang-orang begitu mudahnya mengada-ada tentang suatu hal sampai dengan melakukan kedustaan, sehingga menjadikan kedudukannya terlihat seperti orang bodoh, tanpa merenungi ancaman yang besar pagi mereka yang bodoh terhadap asbabunuzul”_.

 

 

Reverensi

1.     Mabahis fil ‘ulumul Qur’an li syaikh mana’il qathan

2.     At-Tibyan fi ‘ulumul Qur’an li Syaikh Ali Ash-Shobuni

3.     Dan lain-lain

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar