Sabtu, 17 April 2021

PERSOALAN HIDUP YANG PERTAMA KALI DIANGKAT DALAM AL-QUR’AN

 

*PERSOALAN HIDUP YANG PERTAMA KALI  DIANGKAT DALAM AL-QUR’AN*

 

Oleh : Misbahudin

 

 

*Urgensi Memahami Ayat Yang Pertama Dan Terakhir Turun*

 

Memahami  wahyu pertama dan terakhir turun mempunyai faidah yang sangat penting, yaitu :

 

*Pertama*, memahami bagaimana Al-Qur’an mendapatkan sebuah perhatian yang begitu besar dari orang-orang yang mencintainya,  dengan benar-benar menjaga Al-Qur’an agar  ada dalam hati mereka dengan cara menghafalnya dan penjagaan mereka dengan benar-benar mengekplorasi ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Al-Qur’an, diantaranya adalah ilmu tentang wahyu pertama dan terakhir turun.

 

Para sahabat betul-betul menghayati Al-Qur’an ini ayat demi ayat, sehingga mereka mengetahui secara spesifik ayat demi ayat, dan mereka juga mengetahui di mana ayat- ayat tersebut turun, mereka menerima Al-Qur’an secara langsung _(face to face)_ dari Nabi ayat demi ayat, sehingga secara tersistem seiring berjalannya waktu membentuk aqidah keyakinan mereka, pola pikir dan tindak tanduk mereka, Al-Qur’an pun menjadi pondasi  untuk agama Islam.

 

Al-Qur’an telah menjadi sebuah energi yang menggerakan mereka  untuk mengambil bagian dalam sejarah dakwah Islam dalam pengembangannya.  Al-Qur’an pun telah menjadi sumber inpirasi kekuatan dan sumber kemuliaan mereka. Dengan demikian  Al-Qur’an pun selamat dari segala intrik dan siasat secara sengaja atau tidak sengaja   terkontaminasinya keasliaan Al-Qur’an dengan perubahan  kalimat, makna dan esensi Al-Qur’an itu sendiri, seperti halnya kitab Allah yang turun sebelumnya.

 

اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ

 

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya”. (QS. Al-Hijr : 9)

 

*Kedua*, mengetahui rahasia dari proses perundang-undangan Islam dari perfektif sejarah  dari sumber pokok dan utamanya yaitu Al-Qur’an. Karena  ayat-ayat Al-Qur’an memberikan sebuah terapi  untuk jiwa-jiwa manusia  dengan petunjuk hidayah langit, sehingga mereka yang diberi anugrah hidayah dan berusaha keras untuk mendapatnya, maka Al-Qur’an akan mengantarkan mereka  dengan metode yang sarat dengan hikmah ilahiyah  menuju kepada kesempurnaan manusia selaku hamba Allah dan khalifah fi Ardh (Insan kamil).

 

Al-Qur’an pula membina kehidupan manusia dengan penerapan proses hukum dan syariat secara bertahap,  sehingga terbentuklah sebuah kehidupan  yang mempunyai manhaj kehidupan (life Style)  yang senantiasa ada dalam jalan kebenaran  (on the track).  Sehingga lahirlah sebuah tatanan masyarat yang penuh dengan keberkahan.

 

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

 

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Al-Araf : 96).

 

 

Ketiga, memahami ayat -ayat yang pertama dan terakhir turun dapat memberikan sebuah gambaran yang jelas bagaimana proses dari tahapan-tahapan hukum yang diberlakukan untuk kaum muslimin saat itu, jika tanpa mengetahui ayat mana yang turun pertama kali dan yang terakhir kali,  maka kita akan melihat ayat Al-Qur’an seperti bertolak belakang ayat satu dengan yang lainnya dalam sebuah tema atau persoalan hidup tertentu.  

 

Maka dengan mengetahui ayat yang pertama dan terakhir turun, kita akan mendapat sebuah kepastian hati bahwa ayat yang pertama turun dalam masalah tertuntu, contohnya dalam masalah khamar, secara otomatis ayat pertama mengengenai khmar telah dihapus hukumnya oleh ayat  yang turun setelahnya, sebagaimana yang telah diangkat pada tulisan sebelumnya.

 

*Berbagai Persoalan Yang Pertama Kali Dingkat Al-Qur’an*

 

 

Para ‘ulama membahas mengenai wahyu yang pertama kali turun berkaitan dengan persoalan-persoalan kehidupan manusa yang spesifik. Diantaranya yaitu :

 

Pertama, wahyu yang berkaitan dengan makanan, ayat pertama yang diturunkan di Mekah adalah satu ayat dalam surat Al-An’am ayat 145.

 

قُلْ لَّآ اَجِدُ فِيْ مَآ اُوْحِيَ اِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلٰى طَاعِمٍ يَّطْعَمُهٗٓ اِلَّآ اَنْ يَّكُوْنَ مَيْتَةً اَوْ دَمًا مَّسْفُوْحًا اَوْ لَحْمَ خِنْزِيْرٍ فَاِنَّهٗ رِجْسٌ اَوْ فِسْقًا اُهِلَّ لِغَيْرِ اللّٰهِ بِهٖۚ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَّلَا عَادٍ فَاِنَّ رَبَّكَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

 

“Katakanlah, “Tidak kudapati di dalam apa yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan memakannya bagi yang ingin memakannya, kecuali daging hewan yang mati (bangkai), darah yang mengalir, daging babi – karena semua itu kotor – atau hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah. Tetapi barangsiapa terpaksa bukan karena menginginkan dan tidak melebihi (batas darurat) maka sungguh, Tuhanmu Maha Pengampun, Maha Penyayang”.

 

 

Kemudian disusul dengan surat An-Nahl ayat 114-15

 

فَكُلُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُ حَلٰلًا طَيِّبًاۖ وَّاشْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ. اِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيْرِ وَمَآ اُهِلَّ لِغَيْرِ اللّٰهِ بِهٖۚ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَّلَا عَادٍ فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

 

Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya. Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (hewan) yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah, tetapi barangsiapa terpaksa (memakannya) bukan karena menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

 

 

Kemudian surat Al-Baqarah ayat 173

 

اِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيْرِ وَمَآ اُهِلَّ بِهٖ لِغَيْرِ اللّٰهِ ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَّلَا عَادٍ فَلَآ اِثْمَ عَلَيْهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

“Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa terpaksa (memakannya), bukan karena menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”.

 

Kemudian sebagai penutup turunlah surat Al-Maidah ayat 3

 

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيْرِ وَمَآ اُهِلَّ لِغَيْرِ اللّٰهِ بِهٖ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوْذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيْحَةُ وَمَآ اَكَلَ السَّبُعُ اِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْۗ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَاَنْ تَسْتَقْسِمُوْا بِالْاَزْلَامِۗ ذٰلِكُمْ فِسْقٌۗ اَلْيَوْمَ يَىِٕسَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ دِيْنِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِۗ اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ فَمَنِ اضْطُرَّ فِيْ مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّاِثْمٍۙ فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

 

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar, bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”.

 

Kedua, wahyu pertama yang berkaitan dengan minuman,  ayat yang pertama kali turun mengenai khamar  dalam surat Al-Baqarah ayat 219.

 

 يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِۗ قُلْ فِيْهِمَآ اِثْمٌ كَبِيْرٌ وَّمَنَافِعُ لِلنَّاسِۖ وَاِثْمُهُمَآ اَكْبَرُ مِنْ نَّفْعِهِمَاۗ وَيَسْـَٔلُوْنَكَ مَاذَا يُنْفِقُوْنَ ەۗ قُلِ الْعَفْوَۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمُ الْاٰيٰتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُوْنَۙ

 

“Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamar dan judi. Katakanlah, “Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya.” Dan mereka menanyakan kepadamu (tentang) apa yang (harus) mereka infakkan. Katakanlah, “Kelebihan (dari apa yang diperlukan).” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkan”,

 

 

Kemudian surat  surat An-Nisa  ayat 43

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَقْرَبُوا الصَّلٰوةَ وَاَنْتُمْ سُكَارٰى حَتّٰى تَعْلَمُوْا مَا تَقُوْلُوْنَ وَلَا جُنُبًا اِلَّا عَابِرِيْ سَبِيْلٍ حَتّٰى تَغْتَسِلُوْا ۗوَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُوْرًا

 

“Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu mendekati salat ketika kamu dalam keadaan mabuk, sampai kamu sadar apa yang kamu ucapkan, dan jangan pula (kamu hampiri masjid ketika kamu) dalam keadaan junub kecuali sekedar melewati jalan saja, sebelum kamu mandi (mandi junub). Adapun jika kamu sakit atau sedang dalam perjalanan atau sehabis buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, sedangkan kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Sungguh, Allah Maha Pemaaf, Maha Pengampun”.

 

Kemudian surat Al-Maidah ayat  90-91

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْاَنْصَابُ وَالْاَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. اِنَّمَا يُرِيْدُ الشَّيْطٰنُ اَنْ يُّوْقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاۤءَ فِى الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ وَعَنِ الصَّلٰوةِ فَهَلْ اَنْتُمْ مُّنْتَهُوْنَ

 

Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung. Dengan minuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu, dan menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan salat, maka tidakkah kamu mau berhenti?.

 

 

Ibnu Umar memberikan komentar  terhadap ayat-ayat yang berkaiatan dengan  minuman khamar ini, Dia berkata, “ayat yang berkaitan dengan khamar turun tiga ayat secara bertahap, ayat pertama adalah surat Al-Baqarah 219,  terus mereka bertanya lagi,”biarkanlah kami mengambil manfaat darinya sebagaimana firman Allah, Maka nabi pun terdiam, kemudian turunlah surat An-Nisa ayat 43, mereka bertanya lagi,”apakah boleh kami meminumnya diluar waktu yang mendekat shalat?” maka Nabi pun diam seribu bahasa, kemudian turunlah surat Al-Maidah ayat 90-91.

 

 

Ketiga, wahyu yang pertama kali turun dalam  persoalan pembunuhan dalam surat Al-Haj ayat 39.

 

اُذِنَ لِلَّذِيْنَ يُقَاتَلُوْنَ بِاَنَّهُمْ ظُلِمُوْاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ عَلٰى نَصْرِهِمْ لَقَدِيْرٌ ۙ

 

“Diizinkan (berperang) kepada orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka dizalimi. Dan sung-guh, Allah Mahakuasa menolong mereka itu”.

 

Reverensi

1.     Mabahis fil ‘ulumul Qur’an li syaikh mana’il qathan

2.     At-Tibyan fi ‘ulumul Qur’an li Syaikh Ali Ash-Shobuni

3.     Dan lain-lain

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar