Kamis, 22 April 2021

PENGERTIAN ASBABUNUZUL AL-QUR’AN

 

*PENGERTIAN ASBABUNUZUL AL-QUR’AN*

Oleh : Misbahudin

 

Setelah para ‘ulama melakukan ekplorasi mendalam mengenai hal ikhwal asbabunuzul Al-Qur’an,  maka  lahirlah sebuah kesimpulan yang menjadi batasan-batasan yang termasuk katagori asbabunuzul. Yaitu :

 

Pertama, terjadinya sebuah peristiwa di jaman Rasulullah.  maka Al-Qur’an pun turun  berbicara mengenai peristiwa tersebut, seperti halnya hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, beliau berkata, Ketika turun wahyu ” (QS-Asy-Syu’ara : 214).

 

وَاَنْذِرْ عَشِيْرَتَكَ الْاَقْرَبِيْنَ ۙ

_“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat”_. Maka Rasulullah keluar dan naik ke bukit safa, lalu beliau berseru, “selamat pagi semua, wahai umatku, maka orang-orang pun  berkumpul mendekat kepada Rasulullah, maka Rasulullah pun berkata Kembali,_”Bagaimanakah pendapat kalian semua, jika aku memberitahukan bahwa ada segerombolan pasukan berkuda dilereng gunung ini yang akan menyerang kalian, apakah kalian akan mempercayainya?_, mereka serentak menjawab, _“Sungguh kami akan membenarkan perkataanmu, karena sungguh kami tidak pernah mendapatimu berkata dusta”_.

 

Rasulullah pun langsung menimpali dengan ucapan menukik dan mengunci logika mereka untuk bisa membantah, sebuah ucapan yang menjadi  point besar untuk disampaikan kepada mereka, *_“Sungguh aku ini adalah nabi utusan Allah yang memberikan peringatan kepada kalian akan siksa yang besar di depan kalian!”*_. Lalu Abu Lahab pun marah dengan berkata, _“Celakah engkau wahai Muhammad!, apakah karena masalah ini engkau kumpulkan kami disini?”_. kemudian Abu Lahab berdiri dan berlalu pergi.

 

Maka setelah kejadian ini, turunlah ayat Al-Qur’an yang mengecam sikap dan perkataan Abu Lahab tersebut, yaitu  surat Al-Masad ayat 1.

 

تَبَّتۡ يَدَاۤ اَبِىۡ لَهَبٍ وَّتَبَّؕ

*_”Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia!”_*

 

Kedua, asbabunuzul Al-Qur’an bisa lahir dari sebuah pertanyaan yang ditujukan kepada Rasulullah, dan Al-Qur’an pun turun sebagai respon untuk menjawab pertanyaan tersebut. Sebagaimana hadits yang dikeluarkan oleh Ibnu majah, Ibnu Hatim, dan Hakim mengenai  kisah  Khaulah Binti Sa’labah yang mengadu kepada Nabi karena suamniya yaitu Aus Bin Shamit telah mendzihar dirinya (menganggapnya sebagai ibu kandung),  Khaulah datang kepada Nabi dengan penuh kesedihan, dengan hati yang penuh dengan luka menganga karena goresan-goresan luka dari ucapan dan sikap suaminya tersebut.

 

‘Aisyah menceritakan, “Mahas suci Allah yang pendengaranya meliputi segala sesuatu, sungguh aku telah mendengar Khaulah Binti Sa’labah mengadukan suaminya  kepada Rasulullah, walaupun aku tidak mendengar pengaduanya secara utuh. Dia berata,Wahai Rasulullah  suamiku telah mengabiskan masa muda dan masa jelita aku, dan Rahim ini telah mengadung berkali-kali dari hasil tetesan kehidupan yang dia simpan di rahimku, tetapi sungguh sebuah kesedihan yang menyayat-nyayat hatiku, Ketika aku sudah tidak muda lagi, usia sudah senja dan tidak bisa lahir melahirkan buah cinta kami lagi, dia sekonyong-konyong  mendzihar ku dengan seenak hatinya yang tidak punya perasaan, Ya Allah Aku mengadu luka hati ini kepada mu, wahai pemilik hati.

 

‘Aisyah melanjutkan, Tidak lama berselang dari peristiwa ini, maka turunlah Jibril  dengan membawakan sebuah wahyu yaitu surat Al-Mujadilah ayat 1

 

قَدْ سَمِعَ اللّٰهُ قَوْلَ الَّتِيْ تُجَادِلُكَ فِيْ زَوْجِهَا وَتَشْتَكِيْٓ اِلَى اللّٰهِ ۖوَاللّٰهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَاۗ اِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌۢ بَصِيْرٌ

 

“Sungguh, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat”.

 

Hal ini tidak menjadi sebuah kesimpulan yang baku bahwa Setiap ayat Al-Qur’an yang turun harus ada penyebab turunya, karena sungguh Al-Qur’an tidak semuanya turun  dengan sebab adanya sebuah peritiwa, kejadian atau adanya sebuah persoalan yang ditanyakan kepada Nabi.  Al-Qur’an terkadang turun begitu saja untuk penyampaian risalah langit untuk penduduk bumi.

 

Al-Qur’an yang turun secara langsung tanpa penyabab apa-apa (asbabunuzul), turun menjelaskan seputar aqidah keimanan, hal-hal yang berkaiatan dengan kewajiban berislam, dan syariat-syariat islam secara personal atapun secara sosial. Al-Ja’fari berkata,”Al-Qur’an itu turun dengan dua tipikal, pertama, turun tanpa sebab, dan kedua turun akibat dari adanya sebuah peristiwa, kejadian atau persoalan”.

 

Oleh karena itu, ‘ulama memberikan sebuah definisi ababunuzul adalah penyebab turunya Al-Qur’an pada waktu terjadinya sebuah peristiwa atau adanya sebuah persoalan. 

 

Imam As-Suyuti menganggap suatu yang sangat berlebihan dalam ilmu asbabunuzul memberikan sebuah batasan yang terlalu melebar  dengan  menjadikan  berita-berita terdahulu dan khabar tentang generasi yang telah berlalu menjadi bagian dari asbabunuzul. Contoh sederhana mengenai peristiwa raja abrahah yang hendak menyerang ka’bah dianggap sebagai asbabunuzul surat Al-Fil.  As-Suyuti mengatakan,”orang yang memperdalam asbabunuzul, mereka mengatakan bahwa surat ini tidak turun pada waktu yang dekat dengan peristiwa itu, tetapi surat Al-Fil turun jauh dari peritiwa penyarah ka’bah oleh tantara bergajah”.

 

As-Suyuti dalam hal ini ingin memberikan sebuah kritikan kepada Al-Wahidi dalam tafsirnya  surat Al-Fil, beliau mengatakan bahwa surat Al-Fil turun karena peristiwa penyerangan ka’bah oleh raja abrahah dengan pasukan bergajahnya. Hal ini tidak bisa dianggap sebagai asbabunuzul Al-Qur’an  karena renta waktu yang begitu jauh ungkap As-suyuti. Beliau mengangap bahwa hal tersebut hanya masuk dalam katagori berita-berita Al-Qur’an saja mengenai generasi dan kejadian di masa lalu bukan termasuk kepada katagori asbabunuzul.

 

As-Suyuti memberikan sebuah contoh yang lain yaitu peristiwa  kisah kaum Nabi Nuh , ‘Adh, Samud, dan peritiwa pembangunan ka’bah dan lain-lain yang semua terekam dan diceritakan dalam Al-Qur’an. Hal ini tidak sekonyong-konyong menjadi asbabunuzul Al-Qur’an mengenai ayat yang bersangkutan. Tetapi hal ini hanya berita-berita masa lalu dan khabar generasi yang telah lampau saja.

 

Reverensi

1.     Mabahis fil ‘ulumul Qur’an li syaikh mana’il qathan

2.     At-Tibyan fi ‘ulumul Qur’an li Syaikh Ali Ash-Shobuni

3.     Dan lain-lain

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar