Oleh : Misbahudin
Mengaitkan
segala sesuatu yang bersifat anugrah kebahagiaan ataupun malapetaka kesedihan,
semua haruss bermuara kepada qadha dan qadar Allah. Tidak palingkan sebabnya
karena suatu binatang tertentu. Contoh
terjadi hujan karena menjatuhkan seekor kucing ke sungai atau hal yang lainnya.
Maka
keyakinan-keyakinan seperti ini adalah sebuah kesyirikan dan ketahayulan yang
harus dihilangkan dalam tradisi berfikir seorang muslim.
Firman Allah
Subhanahu wata’ala :
وتجعلون
رزقكم أنكم تكذبون
_“Dan
kalian membalas rizki (yang telah dikaruniakan Allah) kepadamu dengan
mengatakan perkataan yang tidak benar”_
(QS. Al Waqi’ah, 82).
Diriwayatkan
dari Abu Malik Al Asy’ari Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam bersabda :
“أربع
في أمتي من أمر الجاهلية لا يتركهن : الفخر بالأحساب، والطعن في الأنساب،
والاستسقاء بالنجوم، والنياحة على الميت، وقال : النائحة إذا لم تتب قبل موتها
تقام يوم القيامة وعليها سربال من قطران، ودرع من جرب” رواه مسلم.
_“Empat
hal yang terdapat pada umatku yang termasuk perbuatan jahiliyah yang susah
untuk ditinggalkan : membangga-banggakan kebesaran leluhurnya, mencela
keturunan, mengaitkan turunnya hujan kepada bintang tertentu, dan meratapi
orang mati”, lalu beliau bersabda : “wanita yang meratapi orang mati bila mati
sebelum ia bertubat maka ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dan ia dikenakan
pakaian yang berlumuran dengan cairan tembaga, serta mantel yang bercampur
dengan penyakit gatal”_ (HR. Muslim).
Imam
Bukhori dan Muslim meriwayatkan dari Zaid bin Kholid Radhiallahu’anhu ia
berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam mengimami kami pada sholat
subuh di Hudaibiyah setelah semalaman turun hujan, ketika usai melaksanakan
sholat, beliau menghadap kepada jamaah dan bersabda :
“هل
تدرون ماذا قال ربكم ؟ قالوا : الله ورسوله أعلم، قال : أصبح عبادي مؤمن بي وكافر،
فأما من قال : مطرنا بفضل الله ورحمته، فذلك مؤمن بي كافر بالكوكب، وأما من قال :
مطرنا بنوءكذا وكذا، فذلك كافر بي مؤمن بالكوكب”.
“Tahukah
kalian apakah yang difirmankan oleh Rabb pada kalian ?”, mereka menjawab
: “Allah dan RasulNya yang lebih tahu”, terus beliau bersabda : “Dia berfirman
: “pagi ini ada diantara hamba-hambaku yang beriman dan ada pula yang kafir,
adapun orang yang mengatakan : hujan turun berkat karunia dan rahmat
Allah, maka ia telah beriman kepadaKu dan kafir kepada bintang, sedangkan orang
yang mengatakan : hujan turun karena bintang ini dan bintang itu, maka ia telah
kafir kepadaKu dan beriman kepada bintang”.
Imam
Bukhori dan Muslim meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu yang
maknanya yang antara lain disebutkan demikian :
قال
بعضهم : لقد صدق نوء كذاوكذا، فأنزل الله هذه الآية : ]فلا أقسم بمواقع النجوم[
إلى قوله تكذبون
“ada di antara
mereka berkata : ‘sungguh, telah benar bintang ini, atau bintang itu’, sehingga
Allah menurunkan firmanNya :
]فلا
أقسم بمواقع النجوم[ إلى قوله ]تكذبون
“Maka aku
bersumpah dengan tempat-tempat peredaran bintang” sampai kepada firmanNya :”
Dan kamu membalas rizki (yang telah dikaruniakan Allah) kepadamu dengan perkataan
yang tidak benar” ([1]
Kandungan
bab ini :
- Penjelasan tentang maksud ayat
dalam surat Al Waqi’ah([2]).
- Menyebutkan adanya empat
perkara yang termasuk perbuatan jahiliyah.
- Pernyataan bahwa salah satu
diantaranya termasuk perbuatan kufur (yaitu menisbatkan turunnya
hujan kepada bintang tertentu).
- Kufur itu ada yang tidak
mengeluarkan seseorang dari Islam.
- Di antara dalilnya adalah
firman Allah yang disabdakan oleh Nabi dalam hadits qudsinya : “Pagi ini,
di antara hamba-hambaKu ada yang beriman kepadaKu dan ada pula yang kafir
…” disebabkan turunnya ni’mat hujan.
- Perlu pemahaman yang mendalam
tentang iman dalam kasus tersebut.
- Begitu juga tentang kufur dalam
kasus tersebut.
- Di antara pengertian kufur,
adalah ucapan salah seorang dari mereka : “sungguh telah benar bintang ini
atau bintang itu.”
- Metode pengajaran kepada orang
yang tidak mengerti masalah dengan melontarkan suatu pertanyaan, seperti
sabda beliau : “tahukah kalian apa yang difirmankan oleh Rabb kepada
kalian ?”.
- ancaman bagi wanita yang
meratapi orang mati.
([1]) Surat
Al Waqi’ah, ayat 75-82
([2]) Dalam
ayat ini Allah mencela orang-orang musyrik atas kekafiran mereka terhadap
ni’mat yang dikaruniakan Allah dengan menisbatkan turunnya hujan kepada
bintang, dan Allah menyatakan bahwa perkatan ini dusta dan tidak benar, karena
turunnya hujan adalah karunia dan rahmat dariNya.
Sumber
Inpirasi
Syekh
Shoih Ibnu Fauzan Ibnu Abdullah Al-Fauzan dalam kitabnya “Mulakhos fi Syarah
Kitab At-Tauhid”.