Oleh
: Misbahudin
Ketika
ambisi menutupi mata hati, ketika segala problematika hidup menutup akal sehat,
ketika kebodohon menyelimuti kehidupan, maka semua jalan menuju tercapainya apa yang
diinginkan akan dilabrak walaupun menyelisi kebenaran dan menyimpang dari jalan
yang lurus.
Eksisnya
“orang pintar” atau dukun bukan hanya berkembang dalam budaya dan tradisi
kehidupan masyarakat Indonesia. Dari zaman dahulu para dukun dan tukang sihir
sudah eksis sebagai jebakan-jebakan setan
untuk menjerumuskan manusia kedalam kesesatan yang nyata.
Sungguh
tegas ancaman Allah bagi orang yang mendatangi dukun, Diriwayatkan oleh Imam
Muslim dalam kitab shohehnya, dari salah seorang istri Nabi, bahwa Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
"من أتى عرافا فسأله عن شيء فصدقه لم تقبل له صلاة أربعين يوما"
_
“Barang siapa yang mendatangi peramal dan menanyakan kepadanya tentang sesuatu
perkara dan dia mempercayainya, maka sholatnya tidak diterima selama 40 hari”_.
Abu
Dawud meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
"من
أتى كاهنا فصدقه بما يقول فقد كفر بما أنزل على محمد ". رواه أبو داود.
“Barang
siapa yang mendatangi seorang dukun, dan mempercayai apa yang dikatakannya, maka
sesungguhnya dia telah kafir (ingkar) terhadap wahyu yang telah diturunkan
kepada Muhammad” (HR. Abu Daud).
Dalam
Hadits Diatas Rasulullah menegaskan tentang ancaman bagi orang yang datang
kepada dukun dan menanyakan hal-hal yang ghoib, yang tidak ada yang mengetahui
kecuali hanya Allah, Maka balasan bagi mereka adalah tidak mendapatkan pahala
shalatnya selama 40 hari, dikarenakan
dia telah menceburkan diri ke dalam kubangan lumpur kemaksiatan.
Maka
ini merupakan sebuah ancaman dan laarangan yang keras bagi orang yang datang ke
dukun, hal ini menunjukan bahwa hal itu merupakan keharaman yang paling besar.
Jika balasan bagi orang yang mendatangi dukun
amat mengerikan, lalu bagaimana balasan dan ancaman Allah kepada dukun
itu sendiri?.
Sumber
Inpirasi
Syekh
Shoih Ibnu Fauzan Ibnu Abdullah Al-Fauzan dalam kitabnya “Mulakhos fi Syarah
Kitab At-Tauhid”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar