Oleh
: Misbahudin
Mengagumi
sosok yang shaleh yang memberikan inpirasi kedalam hati untuk senantiasa
mendekatkan diri kepada sang ilahi itu hal yang baik yang bisa menjadi awal
perubahan diri kea rah yang lebih bik dari hari kehari.
Tetapi
jika kekaaguman itu terlalu berlebihan yang membuka peluang kemusyrikan dan
penghianatan cinta yang suci kepada Allah, maka hal tersebut sangat dbenci dan
dimurkai, sebagaiman doa Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam
kitabnya Al-Muwatta.
“اللهم لا تجعل قبري وثنا يعبد، اشتد غضب الله على قوم اتخذوا
قبور أنبيائهم مساجد”
“Ya Allah,
janganlah Engkau jadikan kuburanku sebagai berhala yang disembah. Allah sangat
murka kepada orang-orang yang telah menjadikan kuburan para Nabi mereka sebagai
tempat ibadah”.
Membuka
Nalar Kemusyrikan
Rasulullah
adalah manusia pilihan Allah sebagai juru bicara Allah kepada penduduk bumi
untuk memberikan sebuah petunjuk dan pencerahan dalam menjalani hidup dan
kehidupan. Dalam hal yang utama dan
pertama dalam ajaran Islam adalah ilmu tauhid, ilmu yang mempelajari seluk
beluk sang pencipta dengan landasan dalil yang qathi dan akal yang sehat
sebagai alat ekplorasi mencapai
kebenaran mutlaq.
Maka
Allah melalui lisan Nabinya membuka akal untuk berfikir dan hati untuk merenung
untuk mencari kebenaran sejati dan untuk membongkar Tuhan-Tuhan palsu dari
berhala-berhala yang dijadikan tuhan dan tandingan selain Allah.
أَفَرَأَيْتُمُ
اللَّاتَ وَالْعُزَّىٰ
“Maka apakah patut kamu (hai
orang-orang musyrik) menganggap al-Laata dan al-Uzza”. (QS.
An-Najm : 19).
Diriwayatkan
oleh Ibnu Jarir, dengan sanadnya dari sufyan dari Mansur dari Mujahid,
berkaitan dengan ayat : [أفرأيتم اللات والعزى] “Jelaskan kepadaku (wahai kaum
musyrikin) tentang (berhala yang kamu
anggap sebagai anak perempuan Allah) Al lata dan Al Uzza” (QS. An Najm, 19).
Ia (Mujahid) berkata : “Al latta adalah orang
yang dahulunya tukang mengaduk tepung (dengan air atau minyak) untuk
dihidangkan kepada jamaah haji. setelah meninggal, merekapun senantiasa
mendatangi kuburannya.”
Demikian
pula penafsiran Ibnu Abbas RadhiAllahu’anhu
sebagaimana yang dituturkan oleh Ibnul Jauza’ : “ Dia itu pada mulanya adalah
tukang mengaduk tepung untuk para jamaah haji.”
Diriwayatkan
dari Ibnu Abbas RadhiAllahu’anhu , ia berkata :
“لعن رسول الله زائرات القبور والمتخذين عليها المساجد والسرج”
رواه أهل السنن.
“Rasulullah
ShallAllahu’alaihi wa Sallam melaknat kaum wanita yang menziarahi kuburan,
serta orang-orang yang membuat tempat ibadah dan memberi lampu penerang di atas
kuburannya.”(HR. para penulis kitab Sunan)
Kandungan
Mutiara Hadits
1.
Penjelasan tentang
apa yang dimaksud dengan berhala
2.
Penjelasan tentang
apa yang dimaksud dengan ibadah
3.
Rasulullah ShallAllahu’alaihi
wa Sallam dengan doanya itu, tiada lain hanyalah memohon kepada Allah supaya
dihindarkan dari sesuatu yang dikhawatirkan terjadi (pada umatnya), sebagaimana
yang telah terjadi pada umat-umat sebelumnya, yaitu : sikap berlebih-lebihan
terhadap kuburan beliau, yang akhirnya kuburan beliau akan menjadi berhala yang
disembah.
4.
Dalam doanya, beliau
sertakan pula apa yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu dengan menjadikan
kuburan para Nabinya sebagai tempat beribadah.
5.
Penjelasan bahwa Allah
sangat murka (terhadap orang-orang yang menjadikan kuburan sebagai tempat
ibadah).
6.
Mengetahui sejarah
penyembahan Al latta berhala terbesar orang-orang jahiliyah.
7.
Mengetahui bahwa
berhala itu asal usulnya adalah kuburan orang sholeh (yang diperlakukan secara
berlebihan dengan senantiasa dikunjungi oleh mereka).
8.
Al latta nama orang
yang dikuburkan itu, pada mulanya adalah seorang pengaduk tepung untuk
disajikan kepada para jamaah haji.
9.
Rasulullah ShallAllahu’alaihi
wa Sallam melaknat para wanita penziarah kubur.
10.
Beliau juga melaknat
orang-orang yang memberikan lampu penerang di atas kuburan.
11.
Berhala adalah
sesuatu yang diagungkan selain Allah, seperti kuburan, batu, pohon dan
sejenisnya.
12.
Mengagungkan kuburan
dengan dijadikannya sebagai tempat ibadah adalah termasuk pengertian ibadah
yang dilarang oleh Rasulullah.
Sumber Inpirasi
Syekh Shoih Ibnu Fauzan Ibnu Abdullah Al-Fauzan dalam kitabnya
“Mulakhos fi Syarah Kitab At-Tauhid”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar