Oleh : Misbahudin
*Awal Mula kemusyrikan*
Mengagumi adalah salah satu fitrah manusia
terhadap sesuatu yang dianggap lebih daripadanya, jika fitrah mengagumi itu
terfokus kepada yang maha sempurna, maka pengagungan itu akan menambah nilai
keimanan dan kedekatan kepada yang maha sempurna.
Jika kekaguman terhadap manusia itu
membutakan dan berlebih-lebihan ini akan menjadi biang dari penodaan cinta dan
keimanan kepada yang Maha Indah. Seperti layaknya di era Nabi Nuh, diantara mereka
ada beberapa orang yang dianggap sholeh dan memberikan inspirasi kedamaian bagi
masyarakat sekitar.
Sepeninggal mereka, masyarakat
berbondong-bondong membuat patung sebagai monument pengingat dan sumber
keteladan. Tetapi pada akhirnya negerasi penerus mereka terjerumus dalam
kesesatan dan kesyirikan yang nyata. Sebagaimana Allah menjelaskan dalam
firmannya.
وقالوا
لا تذرن آلهتكم ولا تذرن ودا ولا سواعا ولا يغوث ويعوق ونسرا
_“Dan mereka (kaum Nabi Nuh) berkata :
janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Tuhan-tuhan kamu, dan
janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq
maupun Nasr”_
(QS. Nuh, 23).
Beliau (Ibnu Abbas)* mengatakan : “Ini adalah
nama orang-orang sholeh dari kaum Nabi Nuh, ketika mereka meniggal dunia,
syetan membisikan kepada kaum mereka agar membikin patung-patung mereka yang
telah meninggal di tempat-tempat dimana disitu pernah diadakan
pertemuan-pertemuan mereka, dan mereka disuruh memberikan nama-nama patung
tersebut dengan nama-nama mereka, kemudian orang-orang tersebut menerima
bisikan syetan, dan saat itu patung-patung yang mereka buat belum dijadikan
sesembahan, baru setelah para pembuat patung itu meninggal, dan ilmu agama
dilupakan, mulai saat itulah patung-patung tersebut mulai disembah”.
Ibnul Qoyyim berkata : “banyak para ulama
terdahulu mengatakan : “setelah mereka itu meninggal, banyak orang-orang yang
berbondong-bondong mendatangi kuburan mereka, lalu mereka membikin
patung-patung mereka, kemudian setelah waktu berjalan beberapa lama ahirnya
patung-patung tersebut dijadikan sesembahan”.
Jangan Berlebihan Mengagumi Manusia
Berlebih-lebihan dalam segala itu tidaklah
baik dan bijak, walaupun dalam urusan agama sekalipun. Hal ini jelas Allah tergaskan dalam firmannya.
يا
أهل الكتاب لا تغلوا في دينكم ولا تقولوا على الله إلا الحق
“Wahai orang-orang ahli kitab,
janganlah kalian melampaui batas dalam agama kalian, dan janganlah kalian
mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.” (QS. An nisa’, 171).
Berlebih-lebihan dalam memuji Rasululllah pun
itu dilarang oleh Rasulullah sendiri, lalu bagaimana jika terlalu berlebihan
dalam memuji dan mengagumi manusia yang pasti tidak akan luput dari khilaf dan
dosa.
Diriwayatkan dari Umar RadhiAllohu’anhu bahwa
Rasululloh ShallAllohu’alaihi wa Sallam bersabda :
“لا تطروني
كما أطرت النصارى عيسى بن مريم، إنما أنا عبد، فقولوا عبد الله ورسوله”
“Janganlah kalian berlebih-lebihan
dalam memujiku, sebagaimana orang-orang Nasrani berlebih-lebihan dalam memuji
Isa bin Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah : Abdullah (hamba
Alloh) dan Rasululloh (Utusan Alloh)” (HR. Bukhori dan Muslim).
Dan Rasululloh ShallAllohu’alaihi wa Sallam
bersabda :
“إياكم
والغلو، فإنما أهلك من كان قبلكم الغلو”
“Jauhilah oleh kalian sikap
berlebih-lebihan, karena sesungguhnya sikap berlebihan itulah yang telah
membinasakan orang-orang sebelum kalian” (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu majah dari
Ibnu Abbas RadhiAllohu’anhu).
Dan dalam shoheh Muslim, Ibnu Mas’ud
RadhiAllohu’anhu berkata : bahwa Rasululloh ShallAllohu’alaihi wa Sallam bersabda
:
“هلك
المتنطعون ” قالها ثلاثا
“Binasalah orang-orang yang bersikap
berlebih-lebihan”
(diulanginya ucapan itu tiga kali).
Kandungan Mutiara Ayat dan Hadits
1. Mengetahui
bahwa awal munculnya kemusyrikan di muka bumi ini adalah karena sikap
berlebih-lebihan terhadap orang-orang sholeh.
2. Mengetahui
apa yang pertama kali diperbuat oleh orang-orang sehingga ajaran para Nabi
menjadi berubah, dan apa faktor penyebabnya ?, padahal mereka mengetahui bahwa
para Nabi itu adalah utusan Alloh.
3. Mengetahui
sebab-sebab diterimanya bid’ah, padahal syari’ah dan fitrah manusia menolaknya.
4. Faktor
yang menyebabkan terjadinya hal diatas adalah tercampur aduknya kebenaran
dengan kebatilan.
5. Mengetahui
watak manusia bahwa kebenaran yang ada pada dirinya bisa berkurang, dan
kebatilan malah bisa bertambah.
6. Syetan
mengetahui tentang dampak yang diakibatkan oleh
bid’ah, walaupun maksud pelakunya baik.
7. Sikap
berlebih-lebihan dalam agama itu dilarang, dan mengetahui pula dampak
negatifnya.
8. Larangan
adanya patung-patung, dan hikmah dibalik perintah menghancurkannya (yaitu :
untuk menjaga kemurnian tauhid dan mengikis kemusyrikan).
Sumber Inpirasi
Syekh Shoih Ibnu
Fauzan Ibnu Abdullah Al-Fauzan dalam kitabnya “Mulakhos fi Syarah Kitab
At-Tauhid”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar