Oleh : Misbahudin
Sungguh banyak kita
saksika di jaman sekarang ini, kuburan para tokoh, alim ulama dan
manusia-manusia yang dianggap berjasa besar untuk agama dan negera, kuburan
mereka diistimewakan bahkan sampai tergelincir dalam penyimpangan aqidah.
Meminta berkah kepada
yang sudah meninggal, membangun bangun diatasnya, dan ritual- ritual lainnya
sebagia wujud pengagungan. Hal ini lah yang menjadi sumber dari penyimpangan
aqidah.
Diriwayatkan dalam
shoheh [Bukhori dan Muslim], dari Aisyah ra. bahwa Ummu Salamah ra. bercerita
kepada Rasulullah ShallAllahu’alaihi wa Sallam tentang gereja yang ia lihat di
negeri Habasyah (Ethiopia), yang didalamnya terdapat rupaka-rupaka
(gambar-gambar), maka Rasulullah bersabda :
“أولئك إذا مات فيهم الرجل الصالح، أو العبد الصالح بنوا على قبره
مسجدا، وصوروا فيه تلك الصور، أولئك شرار الخلق عند الله “.
_”Mereka itu, apabila
ada orang yang sholeh atau hamba yang sholeh meninggal, mereka membangun diatas
kuburannya sebuah tempat ibadah, dan mereka membuat didalamnya rupaka-rupaka,
dan mereka sejelek-jelek makhluk disisi Allah”_.
Mereka dihukumi beliau
sebagai sejelek-jelek makhluk karena mereka melakukan dua fitnah sekaligus,
yaitu fitnah memuja kuburan dengan membangun tempat ibadah diatasnya dan fitnah
membuat rupaka rupaka ( patung-patung ).
Dalam riwayat Imam
Bukhori dan Muslim, Aisyah juga berkata : ketika Rasulullah akan diambil
nyawanya, beliaupun segera menutup mukanya dengan kain, dan ketika nafasnya
terasa sesak maka dibukanya kembali kain itu. Ketika beliau dalam keadaan
demikian itulah beliau bersabda :
“لعنة الله على اليهود والنصارى، اتخذوا قبور أنبيائهم مساجد”
“Laknat Allah
ditimpakan kepada orang-orang yahudi dan Nasrani, yang telah menjadikan kuburan
para Nabi mereka sebagai tempat peribadatan”.
Beliau mengingatkan
umatnya agar menjauhi perbuatan mereka, dan jika bukan karena hal itu, Maka
pasti kuburan beliau akan ditampakkan, hanya saja beliau hawatir kalau
kuburannya nanti dijadikan tempat beribadah.
Imam Muslim meriwayatkan
dari Jundub bin Abdullah, dimana ia pernah berkata : “Aku pernah mendengar
Rasulullah ShallAllahu’alaihi wa Sallam bersabda lima hari sebelum beliau
meninggal dunia :
“إني أبرأ إلى الله أن يكون لي منكم خليلا، فإن الله قد اتخذني
خليلا كما اتخذ إبراهيم خليلا، ولو كنت متخذا من أمتي خليلا لاتخذت أبا بكر خليلا،
ألا وإن من كان قبلكم كانوا يتخذون قبور أنبيائهم مساجد، ألا فلا تتخذوا القبور
مساجد فإني أنهاكم عن ذلك”
“Sungguh, Aku
menyatakan setia kepada Allah dengan menolak bahwa aku mempunyai seorang khalil
(kekasih mulia) dari antara kalian, karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa
Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan aku sebagai kekasihNya, sebagaimana Ia
telah menjadikan Ibrahim sebagai kekasihNya, seandainya aku menjadikan seorang
kekasih dari umatku, maka aku akan jadikan Abu Bakar sebagai kekasihku. Dan
ketahuilah, bahwa sesungguhnya umat-umat sebelum kalian telah menjadikan
kuburan para Nabi mereka sebagai tempat ibadah, dan ingatlah, janganlah kalian
menjadikan kuburan sebagai tempat beribadah, karena aku benar-benar melarang
kalian dari perbuatan itu”.
Rasulullah
ShallAllahu’alaihi wa Sallam di akhir hayatnya -sebagaimana dalam hadits
Jundub- telah melarang umatnya untuk tidak menjadikan kuburan sebagai tempat
ibadah. Kemudian ketika dalam keadaan hendak diambil nyawanya –sebagaimana
dalam hadits Aisyah- beliau melaknat orang yang melakukan perbuatan itu, dan
sholat di sisinya termasuk pula dalam pengertian menjadikan kuburan sebagai
tempat ibadah, walaupun tidak dijadikan bangunan masjid, dan inilah maksud dari
kata-kata Aisyah ra.:“… dikhawatirkan akan dijadikan sebagai tempat ibadah.”
Dan para sahabat pun
belum pernah membangun masjid (tempat ibadah) disekitar kuburan beliau, karena
setiap tempat yang digunakan untuk sholat berarti telah dijadikan sebagai
masjid, bahkan setiap tempat yang dipergunakan untuk sholat disebut masjid,
sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasul ShallAllahu’alaihi wa Sallam :
“جعلت لي الأرض مسجدا وطهورا”.
“Telah dijadikan bumi
ini untukku sebagai masjid dan suci”.
Dan Imam Ahmad
meriwayatkan hadits marfu’ dengan sanad yang jayyid, dari Ibnu Mas’ud, bahwa
Nabi Muhammad ShallAllahu’alaihi wa Sallam bersabda :
“إن من شرار الناس من تدركهم الساعة وهم أحياء، والذين يتخذون
القبور مساجد”.
“Sesungguhnya,
termasuk sejelek-jelek manusia adalah orang yang masih hidup saat hari kiamat
tiba, dan orang yang menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah (masjid)” (HR. Abu Hatim dalam kitab shohehnya).
Kandungan bab ini :
1. Larangan membangun tempat beribadah (masjid)
di sisi kuburan orang-orang yang sholeh, walupun niatnya baik.
2. Larangan keras adanya rupaka-rupaka
(gambar/patung) dalam tempat ibadah.
3. Pelajaran penting yang dapat kita ambil dari
sikap keras Rasulullah ShallAllahu’alaihi wa Sallam dalam masalah ini,
bagaimana beliau menjelaskan terlebih dahulu kepada para sahabat, bahwa orang
yang membangun tempat ibadah di sekitar kuburan orang sholeh termasuk sejelek-jelek
makhluk di hadapan Allah. Kemudian, lima hari sebelum wafat, beliau
mengeluarkan pernyataan yang melarang umatnya menjadikan kuburan-kuburan
sebagai tempat ibadah. Terakhir, beberapa saat menjelang wafatnya, beliau masih
merasa belum cukup dengan tindakan-tindakan yang telah diambilnya, sehingga
beliau melaknat orang-orang yang melakukan perbuatan ini.
4. Rasulullah ShallAllahu’alaihi wa Sallam
melarang pula perbuatan tersebut dilakukan di sisi kuburan beliau, walaupun
kuburan beliau sendiri belum ada.
5. Menjadikan kuburan nabi-nabi sebagai tempat
ibadah merupakan tradisi orang-orang yahudi dan Nasrani.
6. Rasulullah melaknat mereka karena perbuatan
mereka sendiri.
7. Rasulullah melaknat mereka dengan tujuan
memberikan peringatan kepada kita agar tidak berbuat hal yang sama terhadap
kuburan beliau.
8. Alasan tidak ditampakkannya kuburan beliau
karena kekhawatiran akan dijadikan sebagai tempat ibadah.
9. Pengertian “menjadikan kuburan sebagai tempat
ibadah” ialah [melakukan suatu ibadah, seperti : shalat di sisi kuburan,
meskipun tidak dibangun di atasnya sebuah tempat ibadah].
10. Rasulullah menggabungkan antara orang yang
menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah dengan orang yang masih hidup disaat
kiamat tiba, dalam rangka memberikan peringatan pada umatnya tentang perbuatan
yang menghantarkan kepada kemusyrikan sebelum terjadi, disamping mengingatkan
pula bahwa akhir kehidupan dunia adalah merajalelanya kemusyrikan.
11. Khutbah beliau yang disampaikan lima hari
sebelum wafatnya mengandung sanggahan terhadap dua kelompok yang kedua-duanya
termasuk sejelek-jelek ahli bid’ah, bahkan sebagian ulama menyatakan bahwa
keduanya di luar 72 golongan yang ada dalam umat Islam, yaitu Rafidloh* dan
Jahmiyah** Dan sebab orang-orang Rafidloh inilah kemusyrikan dan penyembahan
kuburan terjadi, dan mereka itulah orang pertama yang membangun tempat ibadah
diatas kuburan.
12. Rasulullah ShallAllahu’alaihi wa Sallam
[adalah manusia biasa] merasakan beratnya sakaratul maut.
13. Pernyataan bahwa kholil itu lebih tinggi
derajatnya dari pada habib ( kekasih ).
14. Pernyataan bahwa Abu Bakar RadhiAllahu’anhu
adalah sahabat Nabi yang paling mulia.
15. Hal tersebut merupakan isyarat bahwa Abu Bakar
akan menjadi Kholifah (sesudah beliau).
*Rafidhah adalah salah
satu sekte dalam aliran syi’ah. Mereka bersikap berlebih-lebihan terhadap Ali
bin Abi Tholib dan ahlul bait, dan mereka menyatakan permusuhan terhadap
sebagian besar sahabat Rasulullah, khususnya Abu Bakar dan Umar.
a
**Jahmiyah adalah
aliran yang timbul pada akhir khilafah Bani Umayyah. Disebut demikian, karena
dinisbatkan pada nama tokoh mereka, yaitu Jahm bin Shofwan At Tirmidzi, yang
terbunuh pada tahun 128 H. di antara pendapat aliran ini adalah menolak
kebenaran adanya Asma’ dan Sifat Allah, karena menurut anggapan mereka Asma dan
Sifat adalah ciri khas makhluk, maka apabila diakui dan ditetapkan untuk Allah
berarti menyerupakan Allah dengan makhlukNya.
Sumber Inpirasi
Syekh Shoih Ibnu
Fauzan Ibnu Abdullah Al-Fauzan dalam kitabnya “Mulakhos fi Syarah Kitab
At-Tauhid”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar