Oleh
: Misbahudin
وَلَئِنْ
سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۚ قُلْ
أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ
بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ
مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ ۚ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ ۖ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ
الْمُتَوَكِّلُونَ
Dan
sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: _"Siapakah yang menciptakan
langit dan bumi?"_, niscaya mereka menjawab: "Allah".
Katakanlah: _"Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru
selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah
berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah
hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?”_.
Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". Kepada-Nya-lah bertawakkal
orang-orang yang berserah diri. (QS. Az-Zumar : 38).
*Tuhan
Palsu*
Dalam
ayaat diatas, Allah membuka akal pikiran untuk berpikir logis tentang
penyimpangan-penyimpangan yang manusia lakukan. Mereka mengakui bahwa Allah
sebagai pencipta bumi dan langit, tetapi disisi lain, mereka mempunyai
kepercayaan dan keyakinan tentang tuhan tandingan bagi Allah.
Salah
satu contoh adalah memakai jima kalung dari benang atau lains sebagainya, yang
mereka berkeyakinan jimat itu bisa mencegah dan menghilangkan malapetaka datang dalam kehidupan mereka.
Sama
halnya Ketika kaum musyrikin di jaman nabi ditangan untuk membuktikan keyakinan
mereka bahwa berhala-berhala dapat memberikan manfaat dan menghilangkan
malapertaka. Mereka tidak dapat menjawab dengan logis. Mereka harus mengakui
kelemahan akal mereka dan kelemahan berhala-berhala yang tidak bisa berbuat
apapun bahkan untuk mereka sendiri.
Seperti
halnya Raja Namrud yang mengakui di alam bawah sadarnya, bahwa patung-patung
yang mereka sembah tidak bisa mendengar dan tidak bisa berbicara. Ketika
Ibrahim Alaih salam menyuruh mereka untuk mencari informasi siapakah yang
menghancurkan patung-patung yang menjadi Tuhan mereka.
*Jimat Dari Gelang Kuningan*
Imran
bin Husain radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang
laki-laki memakai gelang yang terbuat dari kuningan, kemudian beliau bertanya:
(( مَا هَذِهِ؟ قَالَ: مِنَ الوَاهِنَةِ، فَقَالَ: انْزَعْهَا
فَإِنَّهَا لاَ تَزِيْدُكَ إِلاَّ وَهْنًا، فَإِنَّكَ لَوْ مِتَّ وَهِيَ عَلَيْكَ
مَا أَفْلَحْتَ أَبَدًا ))
“Untuk
apa sih ini?! Orang laki-laki itu menjawab: “Untuk menangkal penyakit
lemah badan”, lalu Nabi bersabda: “Lepaskan gelang itu, karena
sesungguhnya ia tidak akan menambah kecuali kelemahan pada dirimu, dan jika
kamu mati sedangkan gelang ini masih ada pada tubuhmu, maka kamu tidak akan
beruntung selama-lamanya.” (HR. Ahmad dengan sanad yang bisa diterima).
Dalam
hadits diatas Imran Bin Husain menjelaskan akan sikap Nabi dalam memerangi
kesyirikan dan membersikan manusia dari tunas-tunas kesyirikan, Rasulullah melihat dengan jelas seorang
laki-laki yang memakai gelang dari kuningan. Rasulullah pun menggali motif apa
yang melatar belangi pemuda tadi memakai gelang tersebut. Si pemudapun menjawab
bahwa tujuannya adalah mencegah dari rasa sakit. Maka Rasulullah seketika itu
menyuruhnya untuk memotong gelang tersebut. Dan Nabi memberitahukan bahwa jimat
itu tidak akan memberi manpaat apapun, bahkan memberi kemadharatan. Menambah
penyakit. Bahkan lebih mengerikan dari
itu , seandainya jimat it uterus dipakai sampai meninggal dunia, maka akan
diharamkan baginya kebahagiaan di akhirat.
*Jimat
sebuah Kekuatan yang Menipu*
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَعَلَّقَ تَمِيمَةً فَلاَ
أَتَمَّ اللَّهُ لَهُ وَمَنْ تَعَلَّقَ وَدَعَةً فَلاَ وَدَعَ اللَّهُ لَهُ
“Barangsiapa yang menggantungkan (hati) pada tamimah (jimat), maka
Allah tidak akan menyelesaikan urusannya. Barangsiapa yang menggantungkan
(hati) pada kerang (untuk mencegah dari ‘ain, yaitu mata hasad atau iri, pen),
maka Allah tidak akan memberikan kepadanya ketenangan ” (HR. Ahmad )
Nabi Muhammad mendoakan kejelakan bagi siapa yang menggunakan tali sebagai
jimat dan mempunyai keyakinan bahwa jimat itu bahwa menolak bencana, maka Allah
Allah akan memberikan kebaikan dari apa yang dia harapakan, dan Allah tidak
akan menyelesaikan segala urusannya.
Kemurkaan
Rasulullah kepada Sahabat yang memakai jimat
Ibnu Abi Hatim
meriwayatkan dari Hudzaifah bahwa ia melihat seorang
laki-laki yang di tangannya ada benang untuk
mengobati sakit panas, maka dia putuskan benang itu
seraya membaca firman Allah ta’ala:
وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللّهِ إِلاَّ وَهُم مُّشْرِكُونَ
”Dan sebagian besar dari mereka tidak
beriman kepada Allah, melainkan
dalam keadaan mempersekutukan Allah
(dengan sesembahan lain)“. (QS. Yusuf: 106)
Dalam atsar diatas,
sahabat Hudzaifah ibnu Yaman mengingkari orang yang memakai benang ditangannya
dengan niat agar sembuh dari penyakit. Bahkan Hudzaifah radhiyallahu ahu kemudian
memotongnya. Dalam atsar ini terkandung faedah untuk mengkari hal-hal semacam
ini, yaitu memakai benang atau yang selainnya dengan keyakinan agar sembuh dari
penyakit. Boleh mencari sebab kesembuhan dengan hal-hal yang diperboleh oleh
Allah dan RasulNya seperti minum obat, datang ke dokter dan lainnya, dengan
tetap menyakini Allah semata yang dapat memberi kesembuhan. Adapun memakai
gelang, benang dan lainnya ini termasuk perbuatan orang-orang jahiliyah wajib
untuk diingkari dengan perkataan dan perbuatan.
Sumber
Inpirasi
Syekh Shoih Ibnu Fauzan Ibnu Abdullah
Al-Fauzan dalam kitabnya “Mulakhos fi Syarah Kitab At-Tauhid”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar